"Pemerintahan di bawah Presiden Jokowi memberi prakarsa agar mempercepat proses pembangunan infrastruktur di Indonesia. Untuk percepat itu maka ditunjuk perusahaan untuk jalankan infrastruktur. Di awal itu berhasil, tapi jangka panjang tak bagus juga," kata pria yang akrab disapa CT dalam seminar di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (25/4/2018).
Menurutnya pembangunan infrastruktur butuh modal besar. Jika hanya mengandalkan BUMN dan pinjaman perbankan tidak akan cukup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Swasta dan perusahaan asing ini pun sebenarnya memiliki minat untuk terlibat pembangunan infrastruktur di Indonesia.
"Sebetulnya semua orang saat ini sedang ingin berkontribusi di bidang infrastruktur. Swasta pun ingin dukung, investor asing pun ingin dukung. Tapi situasinya tak semudah yang dibicarakan orang-orang. Untuk menjalankannya lebih sulit," ujar pria yang akrab disapa CT ini.
Baca juga: CT Sebut Investasi di Indonesia Peluang Emas |
CT mengatakan pemerintah memahami kondisi ini. Namun bagi mereka yang mau berinvestasi di Indonesia harus melalui proses yang tidak sebentar. Dia mencontohkan proses perusahaan Jepang, Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk berinvestasi di Indonesia.
"Mereka meneliti, melakukan studi, bukan rancangan terperinci. Setelah itu diskusi lagi dengan pemerintah untuk dilanjutkan uji kelayakannya. Kemudian ini diberikan lagi ke pemerintah dan dirancang secara rinci lagi. Kemudian diberikan ke pemerintah untuk disetujui. Kemudian konstruksi dimulai. Ini makan waktu 30 tahun," sebut pendiri CT Corp itu.
Tentunya pemerintah perlu mempertimbangkan kondisi ini di tengah keinginan mempercepat pembangunan infrastruktur.
"Ini komentar saya ya, hanya untuk pastikan ini pendapat saya, saya rasa di Indonesia kami bukan negara kecil, kami negara kepulauan dan polulasi kami tersebar dimana-mana. Oleh sebabnya infrastruktur penting. Kami butuh banyak infrastruktur untuk tumbuhkan ekonomi dan sejahterakan masyarakat," tambahnya.