Kondisi ini membuat Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio angkat bicara. Tito bahkan menggelar konferensi pers mendadak sore ini.
Tito memandang, jatuhnya IHSG disebabkan ketidakjelasan kondisi perekonomian global. Sebab dia yakin kondisi dalam negeri masih dalam kondisi positif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tito menjelaskan, rumus yang dia pegang untuk melihat kondisi pasar adalah ekonomi, emiten dan persepsi. Untuk ekonomi dia yakin dalam kondisi terjaga.
"Ekonomi masih stabil kok. Mungkin ada ketakutan inflasi naik, tapi wajar saja kalau mau Lebaran inflasi pasti naik sedikit," tuturnya.
Baca juga: IHSG Anjlok 2,8% Tinggalkan 6.000 |
Sementara emiten, data BEI menunjukkan perusahaan tercatat rata-rata kinerjanya positif. Pada 2017 total laba bersih dari seluruh emiten naik 26,3% dari Rp 70 triliun menjadi Rp 88,41 triliun.
"Hal yang paling penting berapa banyak saham yang diperdagangkan dan berapa yang likuid. Ternyata saham yang diperdagangkan 85% dari saham listed selalu diperdagangkan. Frekuensi 380 ribu, hari ini saja 430 ribu frekuensi. Kita masih frekuensi paling bagus," tambahnya.
Tito yakin yang menjadi faktor pengganggu adalah persepsi. Salah satunya rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve untuk menaikan suku bunga berturut-turut tahun ini.
Seperti diketahui, IHSG hari ini ditutup anjlok 2,8 persen dan meninggalkan level 6.000 (zlf/zlf)











































