Begini Asuransi dan Investasi Pendidikan yang Tepat (1)

Begini Asuransi dan Investasi Pendidikan yang Tepat (1)

Ila Abdulrahman - Aidil Akbar Madjid & Partners - detikFinance
Rabu, 02 Mei 2018 06:56 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Banyaknya kasus salah beli asuransi, entah itu asuransi jiwa, asuransi pensiun, asuransi pendidikan, asuransi haji atau asuransi wakaf, kebanyakan bermula dari kurangnya pemahaman masyarakat baik agen maupun peserta, akan tujuan asuransi. Berbagai nama asuransi tersebut, dasarnya adalah produk yang sejenis, yaitu Unit Link (UL). Hasil riset IARFC Indonesia, 9 dari 10 orang indonesia, salah beli asuransi.

Secara sederhana asuransi adalah sejumlah dana yang disiapkan oleh pencari nafkah utama (yang biasanya bapak sebagai kepala keluarga) untuk kebutuhan hidup ahli waris, baik kebutuhan biaya hidup sehari-hari, kebutuhan pendidikan atau kebutuhan keuangan lain yang bersifat kewajiban ataupun bukan kewajiban namun ingin dipenuhi, seperti wakaf atau sedekah jariyah, jika sewaktu-waktu si pencari nafkah utama tidak mampu lagi mencari nafkah entah karena cacat tetap total maupun dipanggil yang Maha Kuasa atau dengan kata lain, meninggal.

Faktanya ketika berasuransi, masyarakat bukan membeli atau menyiapkan dana di atas, namun menjadikannya lahan investasi yang tidak sesuai dengan tujuan asuransi, sehingga hasil investasi tidak cukup alias jauh dari yang dibutuhkan. Selain itu dana santunan ahli waris atau Uang pertanggungan (UP) juga ala kadarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalnya yang baru saja penulis alami, seorang peserta asuransi dengan pendapatan Rp 120 juta per tahun, datang membawa laporan tahunan Unit Linknya. Dengan suara gemetar menahan amarah, berkonsultasi menanyakan nilai tabungan tidak sesuai dengan jumlah premi yang telah disetorkan. Setelah penulis lihat ternyata Juga Uang Pertanggungan hanya berjumlah Rp 30 juta, dengan kontribusi Rp 500 ribu per bulan.

Tak jarang juga menemui Istri atau istri-istri terpaksa menikah lagi hanya untuk memenuhi kewajiban menghidupi, mendidik, menyekolahkan anak-anak, karena tidak mampu menyediakan dana pendidikan sendiri, karena tidak disiapkan warisan yang cukup. Meski tidak ada yang salah dengan menikah (lagi) ini.

Sedangkan untuk mengejar dana investasi sesuai kebutuhan, dibutuhkan alokasi investasi yang lebih besar dibandingkan jika langsung berinvestasi di instrumen investasi yang seharusnya.

Misal penulis pernah membuat simulasi menghitung kebutuhan dana pendidikan untuk ketersediaan sejumlah Rp 3 miliar di 18 tahun yang akan datang, jika berinvestasi di reksadana saham butuh Rp 1,7 jutaan per bulan, sedangkan jika menggunakan asuransi pendidikan, membutuhkan Rp 3,5 juta bahkan Rp 5 jutaan dengan Uang pertanggungan Rp 500 juta.

Nah, bagaimana berasuransi pendidikan yang tepat? Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu.

Menentukan Sekolah Tujuan
Sebelum membeli asuransi, menentukan sekolah-sekolah tujuan menjadi hal yang wajib, Tapi tahukah, rata-rata orang tua, hanya berpikir sekolah jenjang selanjutnya setelah anaknya di kelas akhir?

Misal orang tua baru berpikir nanti SMA di mana, setelah anaknya kelas 3 SMP, akan kuliah di mana, setelah anak kelas 2 atau 3 SMA. Seharusnya, saat si anak masih dalam kandungan atau setidaknya saat anak lahir, sudah direncanakan, semua sekolah yang dituju, mulai dari Pra Sekolah hingga Perguruan Tinggi.

"Lha, nanti anak saya tidak mau, bagaimana?" Urusan tidak mau sekolahan yang sudah direncanakan, tinggal dipindah sesuai kebutuhan dan keinginan anak, yang terpenting, dananya sudah tersedia.

Berikut contoh merencanakan sekolah-sekolah yang akan dituju:
Pra sekolah : PAUD & TK "A"
Sekolah Dasar : SD "B"
Sekolah Menengah Pertama (SMP) : SMP "C"
Sekolah Menengah Atas (SMA) : SMP "D"
Perguruan Tinggi (PT) : Fakultas Kedokteran "E"

A,B,C,D & E tersebut dapat disesuaikan dengan pilihan masing-masing.

Mencari & Mengumpulkan Data Biaya Sekolah Setiap Jenjang Pendidikan
Data Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan biaya pendidikan di Indonesia mencapai angka 10-20% per tahun, jauh di atas angka inflasi.

Setelah menentukan sekolah-sekolah tujuan, maka langkah selanjutnya adalah mencari info biaya, masing-masing sekolah yang dituju, baik uang masuk, spp, biaya ekstrakurikuler, biaya hidup dan juga biaya Praktek Lapang atau Kuliah Kerja Nyata serta biaya penelitian tugas akhir (skripsi, Thesis, Desertasi) tergantung hingga jenjang apa yang direncanakan, dll.

Misal dari data biaya sekolah yang sudah direncanakan tersebut di atas untuk rincian biaya kuliah Fakultas Kedokteran "E"; Uang masuk Rp 5 juta, Uang Kuliah Tunggal (UKT) Rp 14,5 juta, biaya hidup Rp 1,8 juta per bulan, total sampai lulus biaya saat ini (jika kuliahnya saat ini) Rp 208 jutaan. Ingat, ini hanya biaya untuk masuk kuliah saja, jika masuk kuliahnya sekarang, belum biaya Paud hingga SMA.

Memproyeksikan Data Biaya Tiap Jenjang ke Biaya Masa Depan (Future Value)
Setelah memperoleh data biaya, maka selanjutnya adalah mem-future value-kan biaya tersebut sesuai dengan kapan atau berapa tahun lagi masuknya, kenaikan kelasnya atau kenaikan tingkatnya dengan menggunakan data inflasi di masing-masing sekolah yang direncanakan, atau menggunakan inflasi dari BPS di atas.

Misal dari data di atas, untuk biaya kuliah saja saat ini butuh Rp 208 jutaan, biaya tersebut pada saat masuk nanti di 9 tahun yang akan datang berpotensi menjadi sekitar Rp 685 jutaan. Sekali lagi, ini hanya untuk biaya kuliah saja, belum biaya sekolah yang lain.

Mahal ya? Belum keliatan karena belum dihitung sampai dengan bangku kuliah.


Bagaimana cara menghitungnya? Ikuti kelas dan workshop tentang Merencanakan Keuangan, Asuransi dan Investasi yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia https://ow.ly/NbPy30gC3Dy atau tim AAM & Associates http://ow.ly/pxId30gC3BB.

Di Jakarta dibuka workshop Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan sehari info http://bit.ly/PMM0418 dan Belajar Menjadi Kaya Raya dengan Reksa Dana, info http://bit.ly/WRD0418.

Sementara, di luar kota, dibuka worshop sehari Mengelola Gaji di Surabaya info http://bit.ly/PMSUB18 dan Workshop Kaya dengan Reksa Dana info http://bit.ly/RDSUB18. Tidak mau kalah dengan Surabaya, ada juga workshop di Bali info http://bit.ly/PMBL518 dan http://bit.ly/RDBL518 serta di Manado info http://bit.ly/PMMD518 dan http://bit.ly/RDMD518.

Sementara untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan sertifikat Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning, kelas baru di bulan Juli awal.

Siap-siap juga awal bulanan Ramadan ada kelas Perencanaan Keuangan Syariah juga, info http://bit.ly/IFP0518, kelasnya hanya setahun sekali lho di bulan Ramadan saja.


Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik t.me/seputarkeuangan.

Di artikel berikutnya akan dibahas cara berinvestasi dan menguak misteri bagaimana cara menggunakan produk asuransi pendidikan yang benar untuk dana pendidikan anak anda. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads