Kepala Perwakilan BI DIY, Budi Hanoto menyebut bahwa seminar ini sangat penting. Tema yang diangkat juga relevan dengan pembangunan yang dijalankan pemerintah. Diharapkan dari seminar ini keluar rekomendasi untuk pembangunan Indonesia ke depan.
"Topik kali ini sangat relevan pembangunan di Indonesia," kata Budi dalam sambutannya, Senin (7/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun sayangnya memang ekspor-impor itu masih kontribusinya (kecil), itu di Yogyakarta. Kemudian ekspor-impor tekstil, pakaian jadi masih menjadi andalan utama di DIY. Impor cukup tinggi sekitar 9 persen," ungkapnya.
Budi melanjutkan, sektor industri di DIY saat ini masih didominasi industri jasa, industri kreatif, dan industri di sektor pariwisata. Menurutnya, dengan segala keterbatasan yang ada BI bersama pemrov terus berusaha menjaga iklim usaha di DIY.
Selain itu, kata Budi, kini masih ada beberapa hal yang menjadi kendala ekonomi di DIY. Di antaranya struktur ekonomi yang bertumpu sektor konsumsi, ketimpangan dan kemiskinan yang tinggi, produktifitas tenaga kerja dan akses pembiayaan yang terbatas.
Sementara Dupeti Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara selaku keynote speaker menjelaskan bahwa kini perekonomian di dunia sedang bagus-bagusnya. Hal itu dapat dilihat dari perekonomian di Amerika, Eropa, Jepang, Tiongkok dan India yang terus membaik.
"Sehingga sebenarnya pertumbuhan ekonomi dunia itu pada kondisi yang baik," paparnya.
Meski begitu, Mirza mengingatkan bahwa di saat ekonomi membaik konsekuensinya inflasi juga turut terdongkrak. Fenomena itulah yang kini dilihatnya. Kondisi tersebut tentu harus diwaspadai oleh pemerintah Indonesia.
"Kita defisit terkendali. Walaupun suku bunga Amerika naik dalam dua tahun ini," pungkas dia.
Adapun pembicara lainnya di seminar ini seperti Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Reza Anglingkusumo, Staf Khusus Kemenko Perekonomian Edy Putra Irawady, Staf Khusus Bidang Kebijakan Ekonomi Industri T M Zakir Mahmud.
Kemudian ada Wakil Ketua Pokja II Satgas Percepatan Reformasi Struktural Raden Pardede, Direktur Treasury Bank Mandiri Dharma wangi Junaudi, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Adhi Lukman, dan Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat. (hns/hns)