Dia mengatakan kebiasaan masyarakat belanja kebutuhan Ramadan pada tiga hari berturut-turut sebelum Ramadan bisa memicu kenaikan harga.
"Saran saya ke masyarakat untuk tidak beli di hari yang bersamaan, karena ini kebiasaan kalau beli di hari bersamaan pasti harga tinggi. Sedangkan suplai segitu-gitu saja. H-3, H-2, H-1, itu tinggi tingginya harga. Itu demand lagi tinggi tingginya," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Kamis (10/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menilai jika konsumen baru membeli kebutuhan di waktu tersebut, maka mereka harus membayar lebih mahal. Hal itu sesuai hukum ekonomi dimana permintaan sedang tinggi maka harga akan naik.
"Kalau beli bersamaan, 3, 2 atau 1 hari jelang Puasa khawatir konsumen sendiri yang rugi. Ini hukum ekonomi. Jadi supply and demand harus seimbang," lanjutnya.
Selain itu, dia juga menyarankan agar masyarakat membeli kebutuhan yang tahan lama jauh-jauh hari sebelum Ramadan, mengingat harga pangan saat Ramadan berpotensi naik.
"Menurut saya, komoditas yang bisa disimpan dan tahan lama dibeli sekarang seperti telur, minyak goreng, gula pasir, garam, beras, yang bisa disimpan relatif lama bisa beli hari sebelumnya," tambahnya. (ara/ara)