Jelang Lebaran 'Kredit Macet' Naik?

Jelang Lebaran 'Kredit Macet' Naik?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 21 Mei 2018 16:25 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Jelang Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri biasanya meningkatkan permintaan kredit kendaraan bermotor. Selain nilai kredit yang meningkat, non performing financing (NPF) atau kredit macet di perusahaan multifinance turut meningkat.

Deputi Komisioner Industri Keuangan Non Bank (IKNB) II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muhammad Ichsanuddin membenarkan peningkatan rasio NPF pada multifinance.

"Jelang lebaran memang biasanya NPF naik, tapi kreditnya secara nominal juga akan meningkat," kata Ichsanuddin dalam diskusi di Gedung OJK, Jakarta, Senin (21/5/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menambahkan, peningkatan NPF biasanya terjadi karena adanya perubahan pola penggunaan uang. "Mungkin kalau mau Lebaran orang yang mau angsur cicilan itu uangnya dipakai untuk ongkos mudik dulu lah ya, daripada nggak pulang," ujarnya.

Setelah Lebaran, biasanya rasio tersebut akan kembali normal. Pasalnya debitur sudah mulai kembali mengangsur cicilan. Icshan menjelaskan hal ini merupakan siklus normal yang memang terjadi setiap tahunnya.

Hingga Maret 2018 dia menjelaskan industri perusahaan pembiayaan baik dari sisi aset maupun profitabilitas memiliki pertumbuhan yang baik. Untuk aset pertumbuhannya mencapai Rp 34,4 triliun.

Kemudian piutang pembiayaan mengalami peningkatan 6,08% secara nominal Rp 24.2 triliun. Outstanding penyaluran pembiayaan per akhir Maret tercatat Rp 419,2 triliun.


Dia menambahkan, sumber pendanaan mayoritas berasal dari pinjaman baik dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri bisa dari penerbitan surat utang atau obligasi atau menerbitkan medium term notes (MTN). Untuk pinjaman dari dalam negeri komposisinya sebesar Rp 179,8 triliun masih mendominasi 52,5%, kemudian untuk pinjaman luar negeri Rp 91,2 triliun dengan persentase 27% dan untuk penerbitan surat berharga baik obligasi maupun MTn Rp 71,7 triliun atau 20,9% dari total pinjaman.

Untuk perolehan laba tercatat Rp 3,74 triliun tumbuh 20,56%. Ini juga dibarengi dengan peningkatan return on asset (ROA) sebesar 4,36% dan return on equity (ROE) 13,2%.

"Dari situasi kondisi perekonomian seperti saat ini, industri pembiayaan masih cukup baik. Dari statistik ada 191 perusahaan pembiayaan dan 88% dalam kondisi sehat dan sehat sekali," ujar dia.

(ang/ang)

Hide Ads