Menurut Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada, kembali melemahnya rupiah menjadi bukti keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7 days repo rate menjadi 4,5 tidak ampuh. Keputusan itu diambil juga dianggap terlambat.
"Naikannya suku bunga bukan satu obat yang mujarab untuk menolong rupiah. Apalagi kemarin kenaikan suku bunga terjadi setelah rupiah sudah tertekan cukup dalam. Jadi orang sudah under estimate dulu baru BI datang menaikkan suku bunga. Itu yang disayangkan keputusan BI menunda," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Senin (21/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bank Kompak Jual Dolar AS di Atas Rp 14.200 |
"Naikannya suku bunga bukan satu obat yang mujarab untuk menolong rupiah" Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada |
"Keputusan melakukan perubahan suku bunga tidak harus dilakukan pada jadwal RDG yang telah ditetapkan. Bisa dilakukan sewaktu jika diperlukan. Lihat saja dari Rp 13.400 sampai Rp 14.00 dulu baru BI menaikkan suku bunganya. Begitu turun ke Rp 13.800 harusnya sudah bisa diantisipasi naikkan suku bunga," tuturnya.
Meski begitu menurut Reza kondisi makro ekonomi Indonesia juga kurang mendukung. Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini mengeluarkan data bahwa pada April 2018 terjadi defisit hingga US$ 1,63 miliar.
"Itu yang juga dikhawatirkan pelaku pasar. Sementara di tempat lain terutama AS data ekonominya secara bertahap mulai membaik," tuturnya.
Baca juga: Dolar AS Tembus Rp 14.200 |
Oleh karena itu menurutnya pemerintah harus mencari upaya untuk mendorong ekspor dalam neraca perdagangan. Caranya dengan memberikan stimulus kepada industri. (dna/dna)