Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, akhir tahun tekanan terhadap rupiah akan mereda. Hal ini karena faktor musiman sudah dilewati.
Akhir tahun lalu nilai dolar tercatat di kisaran Rp 13.500. Selain itu asumsi pemerintah di anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar Rp 13.400.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akhir tahun akan kembali mendekati angka asumsi APBN. Itu angka yang cukup fair untuk rupiah akhir tahun"Ekonom Bank Permata Josua Pardede |
"Ini menyebabkan permintaan dolar naik," kata Josua.
Josua menyebut, untuk menjaga kestabilan nilai tukar bank sentral harus menempuh kebijakan lanjutan, setelah sebelumnya BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5%.
"BI juga harus memperkuat open market untuk mendorong supply dolar, selain itu pemerintah juga harus meningkatkan ekspor dengan kualitas yang lebih baik dan bukan barang mentah," ujarnya.
Menurut dia, defisit neraca transaksi berjalan ini turut memengaruhi nilai tukar. Josua menjelaskan saat ini current account masih dalam kondisi baik karena masih berada di bawah 3%.
Selain itu BI juga harus mempertimbangkan kebijakan lain seperti giro wajib minimum (GWM) dan suku bunga. "Di statement Gubernur BI kemarin ada ungkapan jika BI akan menempuh langkah berikutnya untuk memperkuat stabilitas, ini juga pasti ditunggu pasar," ujar dia. (dna/dna)