Saudi Butuh Waktu 50 Tahun Bangun Kota Baru Rp 7.000 Triliun

Saudi Butuh Waktu 50 Tahun Bangun Kota Baru Rp 7.000 Triliun

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Senin, 28 Mei 2018 11:42 WIB
Ilustrasi/Foto: Getty Images
Jakarta - Rencana pembangunan kota baru bernama NEOM di Arab Saudi senilai US$ 500 miliar atau sekitar Rp 7.000 triliun (kurs Rp 14.000) semakin mengemuka. Chief Executive NEOM Klaus Kleinfeld mengatakan proyek tersebut mendapat minat besar dari investor asing.

Hal itu disampaikannya di depan para undangan di forum Gateway Gulf, seperti dikutip dari CNBC, Senin (28/5/2018). Kota futuristik tersebut merupakan salah satu mega proyek Arab Saudi yang diharapkan mendatangkan ratusan miliar dolar AS dari investor asing.

"Kami menerima banyak minat yang sangat besar dan kami berbicara dengan banyak perusahaan yang berada di garis depan teknologi yang ingin bermitra dengan kami dan mencoba sesuatu di NEOM. Di sisi teknologi, banyak orang melihatnya sebagai tempat di mana mereka pikir mereka dapat mencoba banyak hal," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kawasan bisnis 26.500 km2 di kota ini akan menghubungkan Arab Saudi, Mesir dan Yordania. Kota ini pun diproyeksi sebagai pusat futuristik karena akan penuh dengan sentuhan teknologi dan layanan digital untuk menjadikan kota ini sebagai lokasi komersial utama di Timur Tengah.

Proyek ini sendiri diperkirakan memakan waktu antara 30 hingga 50 tahun, dengan fase pertama yang diperkirakan bisa dimulai pada tahun 2025.

"Pembangunan NEOM sebenarnya sangat mudah dilakukan, karena kami punya begitu banyak opsi pendanaan," lanjut Kleinfeld.


Pemerintah berharap program privatisasi, termasuk penjualan 5% dari raksasa minyak Saudi Aramco, juga akan mendukung pengumpulan dana sebesar US$ 300 miliar untuk membantu mendanai pembentukan NEOM. Namun akan lebih banyak uang akan diinvestasikan oleh sektor swasta.

Guna menghilangkan hambatan birokrasi dan legislatif yang dapat menghalangi bisnis, Kleinfeld mengatakan putra mahkota telah secara khusus menginstruksikan bahwa peraturan akan dipermudah, sesuai dengan visi Saudi untuk menaikkan peringkat kemudahan berusaha.

Seperti diketahui, strategi transformasi ekonomi Arab Saudi lewat visi 2030 yang digembar-gemborkan oleh Putra Mahkota Muhammad bin Salman adalah meningkatkan investasi asing langsung ke Arab Saudi dari 3,8% ke tingkat internasional 5,7% dari produk domestik bruto (PDB).

Hal itu dilakukan lewat promosi Saudi sebagai bangsa yang terbuka untuk bisnis. Strategi ini juga bertujuan agar Saudi bangkit dari posisi saat ini di peringkat 25 ke 10 negara teratas di Global Competitiveness Index.

(eds/ang)

Hide Ads