Jakarta -
Akhir pekan ini Italia akan menggelar pemilu. Ekonomi menjadi faktor penting yang dimainkan dalam kampanye kedua kubu.
Bahkan beberapa analis memprediksi jika partai oposisi menang, maka Italia bisa keluar dari Uni Eropa, seperti yang dilakukan Inggris.
Dari sini muncul istilah '
Italexit' dan 'Quitaly'. Hal ini pun bisa memicu
krisis kembali di Uni Eropa
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenernya bagaimana kondisi ekonomi Italia saat ini? Berikut ini data-datanya seperti dikutip dari
BBC, Kamis (31/5/2018).
Ekonomi Italia masih tumbuh sejak jatuh di 2014 lalu. Sayangnya, pertumbuhannya tidak secepat negara-negara tetangga.
 Foto: BBC |
Rasio utang Italia sekarang menjadi yang terparah kedua di Uni Eropa yaitu 132% terhadap PDB. Posisi pertama masih dipegang oleh Yunani.
 Foto: BBC |
Produk-produk buatan Italy kembali menggeliat. Busana, makanan, dan mobil asal Italia kembali gencar dikirim ke berbagai negara.
 Foto: BBC |
Pada 2014, Matteo Renzi dari Partai Demokrat mulai mereformasi kebijakan lapangan kerja. Hasilnya ada satu juta lapangan pekerjaan baru di negara pizza tersebut.
Sayangnya, data terbaru Italian Institute of Statistics (ISTAT) menunjukkan 60% dari lapangan pekerjaan itu merupakan paruh waktu.
 Foto: BBC |
Banyaknya pekerjaan yang hanya paruh waktu membuat warga Italia terancam menganggur dan menyumbang jumlah pengangguran baru. Saat ini rasio pengangguran di Italia naik hingga 29% dari total warga negara.
 Foto: BBC |
Dalam hal ekonomi, Italia termasuk tiga besar di Uni Eripa. Sayangnya, tingginya tingkat pengangguran berpotensi menimbulkan masalah kelaparan.
Jumlah warga Italia yang berpotensi kelaparan naik dari 3 juta di 2016 menjadi 18 juta orang di 2016. Hampir sepertiga dari total populasi.
 Foto: BBC |
Pajak penghasilan di Italia termasuk yang paling tinggi di Uni Eropa, yaitu rata-rata 39%. Itu salah satu alasan Silvio Berlusconi berniat memberikan pajak flat 23% untuk semua warga.
 Foto: BBC |
Halaman Selanjutnya
Halaman