Jonan menerangkan, ICP di tahun 2019 berada di kisaran US$ 60-70 per barel. Di dalam APBN 2018 ICP dipatok US$ 48 per barel, namun realisasi rata-rata sampai Mei 2018 adalah US$ 65,8 per barel.
"Pada saat ini ICP Januari-Mei US$ 65,8, di 2019 kami mengusulkan asumsinya US$ 60-70 memang di dalam pembahasan RDP selanjutnya menjadi satu tantangan estimasi penetapan ICP. Faktornya banyak sekali, termasuk faktor di luar faktor ekonomi supply demand, ada kegiatan perundingan Semenanjung Korea, Iran dan lain-lain," kata dia di Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (5/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Subsidi Solar Diusulkan Naik Jadi Rp 2.000 |
Jonan melanjutkan, untuk volume BBM bersubsidi tahun depan sekitar 16,76 juta kilo liter (KL) sampai dengan 17,18 juta KL. Volume tersebut terdiri dari subsidi minyak tanah 0,59 juta KL-0,65 juta KL dan minyak solar 16,17 juta KL-16,53 juta KL.
Sementara itu, volume LPG 3 kg sebesar 6,825 juta metrik ton-6,978 juta metrik ton. (ara/ara)