Kemenhub Tak Paham Soal Tuduhan Mark Up yang Dituding Prabowo

Kemenhub Tak Paham Soal Tuduhan Mark Up yang Dituding Prabowo

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 22 Jun 2018 16:46 WIB
Foto: Raja Adil Siregar
Jakarta - Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto menyebut biaya pembangunan kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) Palembang di-mark up karena dirasa terlalu mahal. Menurutnya, biaya pembangunan LRT di negara lain hanya US$ 8 juta atau Rp 112 miliar (kurs Rp 14.000) per tiap kilometernya, sementara di Palembang, dari total biaya keseluruhannya, biaya pembangunannya jauh lebih mahal per kilometernya.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri mempertanyakan dasar tuduhan Prabowo adanya mark up di proyek tersebut. Dia memastikan tak ada mark up di proyek LRT Palembang karena dalam proses menentukan biaya pembangunan sudah dibantu konsultan internasional berpengalaman.

"Nah, ini saya nggak tahu yang dimaksud dengan mark up apa. Jadi dari perencanaan pun kita sudah dibantu oleh konsultan internasional yang berpengalaman," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (22/6/2018).



Tahapan menggunakan konsultan ini, kata Zulfikri dimulai dari kontraktor proyek yang mengajukan usulan terkait desain hingga biaya pembangunan LRT. Usulan diberikan ke Kemenhub.

"Nah mereka mengusulkan desain itu dan biayanya. Kami dari Kementerian Perhubungan/Ditjen Perkeretaapian, kita di-backup sama konsultan internasional untuk evaluasi usulan biaya dan desain yang disampaikan kontraktor," jelasnya.

Usulan tersebut dievaluasi oleh konsultan. Nanti konsultan mempertimbangkan untuk memangkas biaya dan lain sebagainya.

"Berdasarkan review si konsultan tentunya, saya mungkin agak susah bercerita secara detail berapa yang nanti di-cut oleh si konsultan, segala macamnya," tambahnya.





(eds/eds)
Hide Ads