Ekonom PermataBank Josua Pardede menjelaskan penguatan dolar AS terjadi karena sentimen global. Sentimen tersebut mulai dari ekspektasi kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS The Federal Reserve hingga sentimen perang dagang antara AS dan China.
Menurut dia, penguatan mata uang Paman Sam terus terjadi meskipun sentimen sempat mereda akibat pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, selain itu dalam satu pekan terakhir juga terjadi peningkatan imbal hasil pada surat utang negara (SUN) ini juga menyebabkan pelemahan terhadap rupiah.
Josua menambahkan, jika dilihat memang dolar AS masih kuat jika dibandingkan dengan mata uang negara berkembang. Hingga pekan ini dolar diprediksi masih akan bertengger di sekitar Rp 14.200.
Baca juga: Pagi Ini Dolar AS Tembus Rp 14.275 |
Menurut dia, penguatan dolar AS hari ini (28/6) menyebabkan pelemahan yang paling dalam terhadap rupiah. Josua menyebut ini harus menjadi perhatian Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Jika dilihat BI sudah mengeluarkan statement akan melakukan langkah pre emptive, untuk menjaga kestabilan rupiah dengan memanfaatkan kenaikan bunga," ujar dia.
Dia menjelaskan, pergerakan nilai tukar ini harus terus dipantau karena jika nilai tukar sudah tidak sesuai dengan fundamentalnya maka akan mengganggu stabilitas perekonomian dalam negeri. (ara/ara)