Dolar AS Perkasa, Bos BCA: Karena Perang Dagang dan Suku Bunga

Dolar AS Perkasa, Bos BCA: Karena Perang Dagang dan Suku Bunga

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 29 Jun 2018 12:58 WIB
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Nilai tukar dolar AS masih mengalami penguatan terhadap rupiah. Penguatan mata uang Paman Sam masih berlanjut.

Hari ini berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dolar AS dipatok Rp 14.404. Mengutip Reuters dolar AS tercatat Rp 14.360.

Menanggapi hal tersebut Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan pergolakan nilai tukar terjadi akibat faktor eksternal. Seperti kenaikan bunga The Fed hingga perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini yang susah ditebak adalah trade war China dan AS yang bisa berdampak ke Asia dan juga ke Indonesia," kata Jahja saat dihubungi detikFinance, Jumat (29/6/2018).

Dia menjelaskan sementara itu juga ada kendala dari dalam negeri yakni suku bunga acuan. Menurut dia rupiah saat ini kurang bisa menyesuaikan diri dengan dolar AS dan jika bunga acuan BI bisa naik 50 basis poin (bps) diharapkan bisa membuat rupiah stabil.

"Masalahnya sementara masih suku bunga, kalau bunga BI bisa naik 0,5% mungkin bisa agak stabil. Jika naik hanya 25 bps itu agak kurang," ujarnya.

Meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergejolak, namun tidak ada arah menuju krisis yang disebut-sebut muncul dalam siklus 10 tahunan. Jahja menjelaskan saat ini untuk mengantisipasi perbankan harus menjaga permodalan dan menjaga likuiditas.

Saat ini suku bunga acuan BI tercatat 4,75%, ini sudah naik 0,5% dari sebelumnya 4,25%. (ara/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads