Tenaga bayu atau angin dipilih karena memiliki potensi yang sangat besar untuk menghasilkan listrik. Di wilayah Sulawesi Selatan mana saja yang telah didirikan kincir-kincir angin raksasa? Berikut daftarnya:
'Kebun Angin Sidrap'
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini sebanyak 30 Wind Turbin Generator (WTG) yang terpasang pada PLTB Sidrap telah menghasilkan energi listrik untuk Sistem Sulawesi Bagian Selatan. Pembangunan ini menggunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 40% dan menyerap sekitar 1150 tenaga kerja.
Sistem Interkoneksi PLTB Sidrap akan memanfaatkan tapping jaringan PLN SUTT 150 kV Sidrap-Maros yang terdiri dari empat sirkit, dua konduktor zebra sepanjang 3 km (8 tower) menuju T/L 150 kV Sidrap-Maros dan terhubung secara double phi.
Model Turbin yang digunakan adalah turbin angin class IIA Gamesa Eolia Corporation's G114 2,5 MW pada menara baja dengan ketinggian 80 meter. Setiap tiang turbin angin memiliki tiga baling-baling dan didirikan di atas menara berbentuk tabung yang terdiri dari 3 bagian.
Daya yang dihasilkan sebesar 75 MW akan dialirkan ke Sistem Sulawesi Bagian Selatan yang meliputi Sulsel, Sulbar dan Palu (Sulteng). Dengan total daya 75 MW, maka PLTB Sidrap.
'Kebun Angin Jeneponto'
Setelah Sidrap, ada juga kebun angin di wilayah Jeneponto. PLTB Tolo 1 ini merupakan 'kebun angin' raksasa terbesar kedua setelah PLTB Sidrap. Secara teknologi PLTB Tolo 1 menggunakan teknologi Siemens yang satu towernya memiliki kapasitas 3,6 Mega-watt. Sedangkan Sidrap 2,5 Mega-watt.
Kemudian kondisi angin di wilayah Tolo dinilai lebih baik dibandingkan Sidrap. Kebun angin ini dibangun di lahan seluas 60 hektar dengan investasi total sebesar US$ 160 juta.
PLTB Tolo-1 berkapasitas 72 MW ini akan menjadi pembangkit listrik tenaga angin/bayu dengan kapasitas terbesar kedua di Indonesia setelah PLTB Sidrap (75 MW). Walaupun secara kapasitas sedikit di bawah PLTB Sidrap, namun infrastruktur per tower pada PLTB Tolo-1 adalah yang terbesar, dengan 20 turbin angin masing-masing kapasitas 3,6 Megawatt (MW).
Ketinggian menara PLTB Jeneponto mencapai 138 meter dengan panjang bilah mencapai 64 meter. Sementara PLTB Sidrap memiliki ketinggian tower 80 meter dengan 3 bilah turbin masing-masing sepanjang 56 meter. Sebanyak 30 turbin angin terpasang di Sidrap dengan kapasitas tiap turbin 2,5 MW.
Energi listrik PLTB Tolo-1 ini dihasilkan dari kecepatan angin sebesar 6-8 m/s yang merupakan potensi angin cukup besar untuk dikembangkan secara komersial. Nantinya, pembangkit berbasis angin tersebut akan terkoneksi dengan jaringan transmisi sebesar 150 KV.
Sebanyak 4 dari 10 tower transmisi 150 KV telah selesai dibangun, yang akan terinterkoneksi melalui Gardu Induk Jeneponto.
Penandatangan jual-beli atau Power Purchase Agreement (PPA) diteken oleh PLN bersama PT Energi Bayu Jeneponto pada 14 November 2016 dengan harga jual listrik US$ 10,89 cent/kWh. Berdasarkan PPA tersebut, proyek akan COD pada 14 November 2019.
Hadirnya PLTB Tolo-1 Jeneponto akan melengkapi keberadaan PLTB Sidrap untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan di Indonesia, sekaligus semakin meningkatkan kehandalan kelistrikan di Sulawesi Selatan, yang rasio elektrifikasinya telah mencapai 99,12%.
Direktur Human Capital Management PLN Muhammad Ali mengungkapkan proyek PLTB ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan produksi listrik menggunakan bahan bakar fosil.
Ali menjelaskan, listrik akan dijual ke industri. Pihak PLN sudah melakukan pemetaan terkait penyerapan listrik ini ataupun listrik lain dari PLTU yang ada di Sulawesi.
"Karena pembangunanya cepat semua dipercepat untuk transmisi dan gardu agar bisa segera dinikmati," imbuh dia.
Dia menjelaskan cepatnya proyek karena menggunakan teknologi penuh dan membuat lebih efisien.
"Dengan ini kami yakinkan ke investor bahwa listrik di Sulawesi aman, silakan investasi. PLN sediakan listrik yang akan membuat iklim investasi semakin baik," ujarnya. (eds/eds)