Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan ekspor bisa memicu rupiah menguat terhadap dolar AS.
"Upaya pemerintah untuk memperkuat rupiah di antaranya adalah merumuskan kebijakan yang dapat meningkatkan ekspor mengurangi impor agar trade balance bisa kembali surplus," kata Piter saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (12/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi rupiah yang melemah secara tidak langsung menguntungkan kegiatan ekspor. Sebab, dari hasil tersebut bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak meskipun dari harga yang sama.
Ekspor yang tinggi juga akan membantu neraca perdagangan Indonesia menjadi surplus dari yang saat ini masih mengalami defisit.
"Kalau rilis trade balance bulan Juni menunjukkan surplus, tekanan terhadap rupiah akan banyak berkurang," papar dia.
Menurut dia, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga nilai tukar rupiah tidak melemah lebih dalam.
Dia bilang, salah satu upaya BI menaikkan suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25% pun menjadi upaya menstabilkan nilai tukar.
"Rupiah memang tidak akan bisa menguat dalam waktu dekat, BI dan pemerintah bukan tidak melakukan aksi apa-apa," jelas dia.
Menurut Piter, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga sebagai aksi pemerintah dan BI. Di mana, dijaga nilainya agar tidak melemah lebih ekstrim lagi.
"Selama beberapa hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp 14.300-Rp 14.400 itu adalah hasil upaya BI dan pemerintah, kalau tidak melakukan apa-apa bisa bergerak liar," ujar dia. (ara/ara)