Roy Sunandar membagikan cerita perjalanannya dari proses menabung sampai mengabadikan foto selfie-nya di Stadiun Kazan Rusia di instagram miliknya @roy96rsz.
Penasaran, berapa sih gaji seorang pengemudi Gojek hingga bisa terbang ke Rusia nonton langsung piala dunia?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengemudi Gojek lainnya, Edi Suryadi berbagi kisah soal penghasilannya Sebelumnya, Edi sehari-hari hanya mengandalkan rezeki dari penumpang ketika dia mangkal di Pasar Klender, Jakarta Timur.
"Saya bergabung ke Go-Jek di tahun 2014. Kini, penghasilan saya di Go-Jek lebih sejahtera daripada menjadi opang (ojek pangkalan). Setiap hari, saya rata-rata mendapat penghasilan Rp 200 ribu dari hasil narik Go-Jek," ujar Edi saat dijumpai di Pasar Malam Mitra Go-Jek di Gelora Bung Karno, Jakarta, Jum'at (11/5/2018).
Sesekali, Edi bisa membawa pulang Rp 400 ribu per hari dari jasanya sebagai tukang ojek di Go-Jek ini.
Ayah dari 2 anak ini menikmati pekerjaannya di Go-Jek. Dia mengatakan bisa mengatur jadwal kerja dan mengantar kedua anaknya ke sekolah.
Pria kelahiran 36 tahun silam ini memperoleh rata-rata pendapatan sekitar Rp 6 juta/bulan. Tentu saja, penghasilan itu lebih tinggi dari Upah Minimum Regional di Jakarta yang berkisar Rp 3,6 juta/bulan.
Edi yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarganya berkeinginan untuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi. Harapan itu tidaklah mimpi di siang bolong.
"Saya bisa menyisakan pendapatan untuk ditabung buat pendidikan anak-anak dan membahagiakan isteri," ungkapnya.
Setali tiga uang, Ellon yang menjadi mitra pengemudi Go-Jek sejak Januari 2016 ingin menggapai impian itu. Ellon memiliki 2 puteri yang saat ini bersekolah di SMP dan SD. Ellon yang berdomisili di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan ini mendapatkan motivasi dari sang isteri.
"Rata-rata saya melayani 10 trip dalam sehari," ujar pria kelahiran Pangandaran, Jawa Barat ini.
Ellon yang berusia 50 tahun beralih sebagai mitra pengemudi Go-Jek setelah menghitung-hitung penghasilan dari Go-Jek lebih tinggi daripada pekerjaanya di perusahaan.
"Saya dulu kerja di salah satu perusahaan swasta, saya nyambi Go-Jek di kala itu. Di awal tahun 2017 samapai saat ini saya full time di Go-Jek," tukas Ellon yang diganjar penghargaan dari Go-Jek di kategori
Pendukung Inklusi Keuangan Indonesia. Ia menyabet penghasilan sebesar Rp 200 ribu-Rp 350 ribu/hari. Penghasilannya disisihkan untuk membayar premi asuransi di Allianz untuk anak dan isterinya.
"Saya juga ikut program haji di Go-Jek, biaya dipotong Rp 300 ribu dari saldo saya untuk disimpan di Bank Permata Syariah. Kehidupan Ellon berangsur-angsur menjadi lebih sejahtera. Hal yang sama dialami Heru Widyanto (39 tahun), penyandang tuna netra yang bergabung di Go-Massage.
"Setelah bergabung di Go-Massage di tahun 2015, penghasilan saya semakin meningkat. Saya bisa membiayai anak hingg lulus kuliah D3," ujar Heru. (dna/zlf)