Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih terus menunjukkan pelemahan. Setelah kemarin sempat menyentuh rekor tertinggi di Rp 14.534, pagi ini mata uang negeri Paman Sam itu menguat ke level Rp 14.515.
"Perubahan harian memang kadang-kadang nggak tinggi, tidak perlu menganggap itu sesuatu yang luar biasa terjadi," kata Darmin di Komplek Istana, Jakarta, Jumat (20/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Luhut: Rupiah Bagus Kok, Nggak Apa-apa |
Saksikan juga video 'Pelemahan Rupiah di Mata Jokowi':
Darmin mengaku, pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini dikarenakan sentimen negatif yang berasal dari Gubernur The Fed.
"Memang sejak 3 hari lalu itu governor The Fed itu mulai bicara bahwa mereka akan segera menaikkan untuk mengejar tingkat inflasi, mereka akan segera menaikkan tingkat bunga sehingga membuat pasar bergerak," ujar dia.
Meski demikian, kata Darmin, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak berdiam diri. Sebab, sudah ada rumusan kebijakan untuk mengantisipasi ketidakpastian global. Salah satunya mengurangi impor dan mendorong ekspor.
Baca juga: IHSG Masih Terperangkap di Zona Merah |
Mantan Dirjen Pajak ini mencontohkan, salah satu kegiatan yang bisa didorong adalah implementasi mandatori biodiesel. Sebab, kegiatan tersebut bisa mempertahankan jumlah devisa.
"Kita bisa mengurangi impor kita tanpa merugikan kita sendiri, caranya gimana, ya naikkan penggunaan biodsiesl sehingga penggunaan solar impornya turun, jadi dapat untung tapi tidak ada yang dirugikan," ujar dia.