Pengusaha Makanan Ngaku Untungnya Tergerus Penguatan Dolar AS

Pengusaha Makanan Ngaku Untungnya Tergerus Penguatan Dolar AS

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Jumat, 20 Jul 2018 16:23 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMII) Adhi Lukman mengatakan pihaknya harus mengorbankan keuntungan perusahaan gara-gara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mencapai Rp 14.500. Kok bisa?

Adhi memaparkan saat ini pihaknya memutuskan untuk tidak menaikkan harga makanan dan minuman (mamin) di tengah kenaikan harga pokok mamin karena nilai tukar dolar.


Untuk mencegah kerugian akibat keputusan tersebut, pihaknya memilih untuk mengorbankan keuntungan perusahaan dengan memperkecil margin yang diperoleh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi insdustri mamin belum memilih menaikkan harga, kita condong mengorbankan margin, profit," ungkapnya kepada detikFinance, Jumat (20/7/2018).

Ia mengaku belum tahu sampai kapan keputusan tersebut dilakukan. Pasalnya ia menilai setiap perusahaan memiliki keuangan yang berbeda-beda.

"Tapi kita belum tahu sampai berapa lama karena masing-masing perusahaan beda. Ini sangat tergantung perusahaan masing-masing, ada yang untung dan ada yang rugi karena kenaikan harga pokok produksi 3-7%," terang dia.

"Padahal margin perusahaan sudah kecil di bawah 10% sama 5%. Makanya kalau di bawah 5% itu sudah pas-pasan bahkan minus jadi tergantung masing-masing perusahaan mau menimbang naik atau tidak," paparnya.


Oleh karena itu, ia meminta pemerintah agar mampu menjaga nilai tukar rupiah kembali stabil.

"Jadi yang perlu diupayakan adalah pemerintah memikirkan bisa menahan laju depresiasi lebih lanjut menjaga stabilitas meskipun saya lihat ini pemerintah telah mengeluarkan cadangan devisia hingga US$ 11 miliar tentunya ini menjadi catatan bagi kita apakah pemerintah kuat menahan ini terus terang ini semua dalam kondisi waspada," tutupnya. (dna/dna)

Hide Ads