Adhi memaparkan saat ini pihaknya memutuskan untuk tidak menaikkan harga makanan dan minuman (mamin) di tengah kenaikan harga pokok mamin karena nilai tukar dolar.
Untuk mencegah kerugian akibat keputusan tersebut, pihaknya memilih untuk mengorbankan keuntungan perusahaan dengan memperkecil margin yang diperoleh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengaku belum tahu sampai kapan keputusan tersebut dilakukan. Pasalnya ia menilai setiap perusahaan memiliki keuangan yang berbeda-beda.
"Tapi kita belum tahu sampai berapa lama karena masing-masing perusahaan beda. Ini sangat tergantung perusahaan masing-masing, ada yang untung dan ada yang rugi karena kenaikan harga pokok produksi 3-7%," terang dia.
"Padahal margin perusahaan sudah kecil di bawah 10% sama 5%. Makanya kalau di bawah 5% itu sudah pas-pasan bahkan minus jadi tergantung masing-masing perusahaan mau menimbang naik atau tidak," paparnya.
Baca juga: Rupiah Terendah dalam 3 Tahun Terakhir |
Oleh karena itu, ia meminta pemerintah agar mampu menjaga nilai tukar rupiah kembali stabil.
"Jadi yang perlu diupayakan adalah pemerintah memikirkan bisa menahan laju depresiasi lebih lanjut menjaga stabilitas meskipun saya lihat ini pemerintah telah mengeluarkan cadangan devisia hingga US$ 11 miliar tentunya ini menjadi catatan bagi kita apakah pemerintah kuat menahan ini terus terang ini semua dalam kondisi waspada," tutupnya. (dna/dna)