Satu Lagi Desa di Pedalaman Papua Bisa Menikmati Listrik

Satu Lagi Desa di Pedalaman Papua Bisa Menikmati Listrik

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 25 Jul 2018 06:57 WIB
Satu Lagi Desa di Pedalaman Papua Bisa Menikmati Listrik
Foto: Trio Hamdani
Mappi - Selasa kemarin menjadi hari yang tak akan pernah dilupakan warga Desa Enem, Distrik Obaa, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua. Warga desa di pedalaman Papua ini bisa menikmati pasokan listrik dari PLN.

Selama puluhan tahun mereka hanya menikmati penerangan dari pelita atau biasa dikenal dengan lampu teplok. Sumber listrik berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 100 kwp.

PLTS ini masuk ke dalam program Papua Terang, dan sudah menyasar 51 desa di pedalaman Papua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada hari ini sama sama kita hadiri acara yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh kita semua, yaitu peresmian PLTS yang dipusatkan di Desa Enem, yang total ada 51 desa yang sejauh ini sudah dilistriki," kata Direktur Bisnis PLN Regional Maluku dan Papua Ahmad Rofik dalam peresmian PLTS di Desa Enem, Selasa (24/7/2018).

Untuk menerangi salah satu desa terpelosok di Papua ini tidak mudah. Berikut informasi selengkapnya.
Warga di sana pun menyambut gembira hadirnya listrik di desa mereka. Salah satu yang mengungkapkan rasa senangnya adalah Maria Bapaemu. Dia mengatakan, di Desa Enem sudah lama kondisinya gelap.

"(Dengan adanya listrik) senang, (karena) sudah lama gelap, hari ini baru terang," katanya, Selasa (24/7/2018).

Maria mengatakan selama ini rumah mereka tidak ada lampu karena belum ada listrik untuk menyalakan lampu. Dengan sudah terlistrikinya desa tersebut, maka rumah-rumah mereka kini terang saat malam.

Selama tidak ada lampu, aktivitas sehari-hari, khususnya di malam hari warga mengandalkan pelita atau biasa dikenal dengan lampu teplok. Lampu teplok digunakan misalnya saat anak belajar malam hari.

Dia sudah 20 tahun tinggal di desa tersebut. Selama itu, tidak ada listrik yang menerangi rumah. Bahkan untuk menonton televisi pun tidak bisa.

"(Sudah tinggal di sini) 20 tahun lebih. (Masuk listrik) baru kali ini. (Nonton televisi) tidak ada," jelasnya.

Direktur Bisnis PLN Regional Maluku dan Papua Ahmad Rofiq menyampaikan kesulitan akses jadi tantangan tersendiri dalam membangun PLTS berkapasitas 100 kwp di Desa Enem.

"Kehidupan di sana salah satunya terisolasi, aksesibilitasnya sulit, sehingga untuk mencapai daerah sana, karena aksesnya sulit, yaitu pasti ada kesultanan bawa peralatan, kesulitan buat bawa sparepart, bahan bakar, bawa peralatan," katanya di Merauke, Papua, Selasa (24/7/2018).

Namun, kata dia kondisi di Enem terbilang lebih mudah dibandingkan desa di pelosok Papua lainnya. Akan tetapi tetap saja, butuh upaya yang tidak sedikit.

"Kalau Enem sebenarnya relatif lebih mudah dibandingkan desa desa di Papua yang lainnya. (Tantangan di Enem) ya lewat sungai. Bahkan kita ada yang bawa peralatan pakai pesawat. Mau tidak mau kita harus lakukan itu. Kalau tidak, tidak akan pernah bisa melistriki," ujarnya.

Selain itu, investasi infrastruktur kelistrikan di desa-desa pelosok jauh lebih mahal.

"Memang berat sekali melistriki seluruh pelosok negeri. Sebagai gambaran untuk listriki satu desa di Papua butuh biaya 10 kali lipat dibandingkan di kota kota tanah Jawa atau Sumatera," sebutnya.

"Di Jawa kita butuh mungkin Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta untuk satu rumah. Kalau di Enem itu sekarang totalnya hampir 300 rumah. 300 rumah anggaran yang kita habiskan di sana hampir Rp 5 miliaran, dibagi saja Rp 5 miliar dibagi 300 rumah," paparnya.


Warga Desa Enem, Distrik Obaa, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua kini mendapat pasokan listrik dari PLN. Pasokan listrik diperoleh melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 100 kwp.

PLTS yang hari ini diresmikan itu, masuk ke dalam program Papua Terang, dan sudah menyasar 51 desa di pedalaman Papua. Biaya investasi pembangunan infrastruktur kelistrikan di Enem ini senilai Rp 8,72 miliar.

"Peresmian hari ini dilaksanakan di Desa Enem yang menggunakan PLTS 100 kwp, di mana jaringan JTR (jaringan tegangan rendah) yang dibangun sudah sekitar 1,1 kilo meter sirkuit (KMS)," General Manager PLN Papua dan Papua Barat Ari Dartomo dalam acara peresmian, Selasa (24/7/2018).

PLTS yang dipusatkan di Desa Enem juga menerangi 2 kampung lainnya, yakni Desa Rep, dan Desa Paedam. Di Desa Enem, sudah ada 41 pelanggan tersambung, Desa Paedam 56 pelanggan, dan Desa Rep 83 pelanggan. Maka totalnya 180 pelanggan tersambung.

Untuk perangkat kelistrikan di Desa Paedam, nilai investasinya Rp 480 juta. Sedangkan di Desa Rep senilai Rp 820 juta.


Warga Desa Enem, Distrik Obaa, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua, mendapatkan pasokan listrik dari PLN. Mereka mendapat subsidi sehingga hanya membayar Rp 450/kWh.

"Di Enem itu kalau bayarnya Rp 450/kWh. Subsidinya kan sampai Rp 1.400-an tapi biaya produksinya di atas Rp 3.000-an. Sisa subsidi dari pemerintah ya katakanlah jadi Rp 1.000-nya," kata Direktur Bisnis PLN Regional Maluku dan Papua Ahmad Rofiq di Mappi, Papua, Selasa (24/7/2018).

"Jadi sebenarnya sama ya, kalau (listrik kapasitas) 450-900 VA itu dapat subsidi. Subsidi kira-kira sampai Rp 450 per kWh," lanjutnya.

Berhubung di sana belum ada kantor PLN maka warga Enem bisa membeli listrik dengan berbagai cara, salah satunya lewat keagenan dari warga setempat.

"Kalau bayarnya sama, sekarang kan bisa pra bayar, pakai pulsa token, itu bisa beli di mana-mana. Mungkin ada perwakilan disana yang bisa jual pulsa. Kan pasti di sana ada beberapa toko, warung kecil di Enem, itu bisa sebagai keagenan," jelasnya.

Namun, untuk memudahkan warga, rencananya PLN bakal mendirikan Kantor PLN Rayon Mappi.


Hide Ads