Dalam laporan tahunannya, IMF mencatat kondisi nilai tukar, surplus neraca berjalan semakin terkonsentrasi di negara maju.
Baca juga: Dolar AS Masih Betah di Rp 14.520 |
Nilai tukar yuan China melemah beberapa pekan belakangan ini karena perang dagang dengan AS. Posisi mata uang negara Tirai Bambu mencapai level terendahnya di 13 bulan terakhir di 6,829 terhadap dolar AS karena otoritas di Beijing mengisyaratkan pelonggaran moneter untuk mendukung ekonomi di tengah perang tarif yang meningkat dengan AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan sangat hati-hati meninjau apakah mereka telah memanipulasi mata uan," kata Mnuchin seperti dikutip dari Reuters, Rabu (25/7/2018).
IMF mencatat surplus transaksi berjalan China tumbuh 1,7% tahun lalu terhadap produk domestik bruto (PDB). Negara lain yang mencatat surplus transaksi berjalan adalah Jerman, Korea Selatan, Belanda, Swedia, dan Singapura.
Sedangkan negara yang transaksi berjalannya defisit, antara lain AS, Inggris, Turki, dan Argentina.
Dengan demikian, nilai tukar dolar AS dinilai kemahalan atau terlalu tinggi dibandingkan kondisi fundamental ekonominya. (ara/ara)