Namun begitu, patut diketahui menjadikan Crown Group sebesar sekarang bukan perkara gampang. Sebab, Crown Group mesti melewati berbagai krisis.
Kepada detikFinance, Iwan Sunito bercerita krisis pertama yang dihadapi ialah saat membangun perusahaan. Crown Group sendiri berdiri sejak tahun 1994.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Krisis pertama ya memulai perusahaan, susah banget, kita nggak punya staf, nggak ada kerjaan, nyari proyek baru, tapi paling indah juga kita looking back," kata dia saat berbincang dengan detikFinance di Jakarta, Selasa (24/7/2018).
Krisis kedua ialah pada periode 1997-1998. Krisis keuangan Asia itu menjalar ke berbagai wilayah termasuk Australia. Krisis selanjutnya terjadi tahun 2004.
"Lalu, krisis 1997-1998 krisis ekonomi Asia, itu juga satu masalah. 2004 residencial property di New South Wales itu setengah mati, betul-betul keringat dingin," jelasnya.
Bukan hanya itu, Iwan mengatakan, Crown Group juga mesti berhadapan dengan krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008.
"Global financial krisis 2008 bagi saya tiap krisis belajar banyak banget. Jadi setiap kali ada pertumbuhan baru masalah baru, exciting. Bukannya kita lalu mundur tapi makin maju," ujarnya.
Iwan mengaku, keseriusannya mengembangkan bisnis membuat bisnis yang dijalankannya semakin kuat. Hal itu pula yang membuatnya lolos dari jeratan krisis.
"Jadi sama juga dengan bisnis anjurannya saya, kerjakan sesuatu yang seumur hidup untuk kerjakan itu. Karena pengalaman skill dibangun menjadi yang terbaik," ungkapnya.
"Sehingga orang lain mikir kok susah banget untuk kita gampang. Nggak beda orang latihan badminton, pertama susah banget, setelah jadi juara tahu geraknya kemana, tapi perlu 10-20 tahun untuk jadi jagoan begitu. Kalau sedikit-sedikit keluar kerjaan apa yang dipelajari karena susah, kita nggak tertanam. Kaya pohon yang dicangkokin terus akarnya nggak pernah dalam," tutupnya. (zlf/zlf)