"GPPU juga pasti bisa menghadapi perubahan asal punya bisnis model yang jelas. Saya ajak GPPU untuk masuk di peluang-peluang model Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades)," kata Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo saat menjadi narasumber Kongres XII GPPU di TMII, Jakarta dalam keterangan tertulis, Jumat (27/7/2018).
Menurut Eko, bisnis model Prukades ini dapat menghasilkan tenaga kerja di desa. Dirinya mengasumsikan jika angkatan kerja di desa bisa menghasilkan Rp 2 juta saja, maka dalam satu bulan akan ada Rp 2 Triliun. Jika Rp 1.000 Triliun dalam satu bulan maka akan tercipta Rp 12.000 Triliun dalam satu tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemendes PDTT menekankan pentingnya pelaku usaha unggas agar bisa menanggapi perubahan dengan cepat di era sekarang ini. Sementara itu, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian, Sugiono mengatakan bahwa GPPU adalah salah satu pejuang protein hewani Indonesia.
Menurut Sugiono, hasil audit GPS/PS yang menunjukkan 700 ribu lebih tersebut menunjukkan hasil audit surplus, yang membuktikan isu penyakit unggas itu salah.
"Ekonomi akan turun kalau peternak hancur. Tidak apa-apa harga mahal, pedagang untung, masyarakat beli, daripada harga murah dan tidak ada yang beli," kata Sugiono.
Ketua Umum GPPU, Krissantono meyakinkan bahwa organisasi ini tidak mungkin menghadapi dan memikul beban sendiri, karenanya perlu kerja sama dengan pihak luar, termasuk dari pemerintah.
"Kita perlu Pak Mendes (Eko Putro Sandjojo), karena peternak-peternak ada di desa, siapa tahu ada kerja sama," harapnya.