Darmin mengatakan ingin berbicara dengan pengusaha di sektor tersebut guna mengefektifkan masuknya devisa hasil ekspor.
"Ada usulan supaya kami dengan BI akan bicara dengan pengusaha-pengusaha batu bara, kelapa sawit, lanjutan di Bogor kemarin untuk mengefektifkan memasukkan devisa ekspor mereka," katanya ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (27/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Devisa hasil ekspor yang tidak kembali ke Indonesia diperkirakan karena para eksportir atau pengusaha memiliki kewajiban seperti pinjaman bank luar negeri. Untuk mengatasi itu, Darmin menilai eksportir bisa mencari bank yang memiliki kantor cabang di Indonesia.
"Karena bisa jadi alasan itu kewajiban tempat mereka meminjam, sehingga harus buka rekening di sana tapi kan bisa dipasangkan di cabang bank itu di sini," lanjutnya.
Darmin menyatakan pihaknya tak menyiapkan insentif untuk menarik devisa hasil ekspor ke dalam negeri.
"Nggak, itu bukan urusan insentif-insentif-an, masa insentif lagi. Itu mestinya bagian dari kesadaran bernegara. Ya nanti kita panggil orang-orangnya (eksportir atau pengusaha)," terangnya.
Sebelumnya, Darmin mengatakan belum semua devisa hasil ekspor dibawa pengusaha pulang ke tanah air. Dia bilang, dari 100% setidaknya 15% tidak dibawa pulang ke Indonesia, dan 85% dibawa ke tanah air namun tidak sepenuhnya dicairkan ke rupiah.
"Artinya gini dari 100% ekspor, hanya 85% yang masuk kembali tetapi sebetulnya belum semuanya juga mengkonversi menjadi rupiah," kata Darmin di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (27/7/2018). (hns/hns)