Bukan tanpa alasan, PLN melibatkan mahasiswa dari ITB, ITS, UGM, UI dan Uncen itu karena untuk mengasah sensitifitas sosial mahasiswa.
"Supaya mahasiswa tahu kondisi sesungguhnya di lapangan sehingga mahasiswa bisa menyampaikan ke publik. Bahwa membangun di Papua itu tidak gampang harus jalan kaki sekian jam sekian hari. Sebab, banyak yang menyampaikan, Papua kok tidak diperhatikan," kata Manager UPPK Papua Barat dan Papua, Yohanes Soedarmono di Kantor PLN Nabire, Papua, Minggu (29/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, menurut Soedarmono, mahasiswa diharapkan bisa memberikan sumbangsih nyata untuk memberikan penerangan ke pedalaman.
"Mahasiswa juga bisa melakukan pemetaan, mahasiswa juga bisa melihat potensi dan mengembangkan inovasi, tidak harus PLTD, PLTS, pakai bayu, air," sambung dia.
Sementara di tempat terpisah, mahasiswa UGM Chusnul Ike Ayu Ningtiyas angkatan 2015 mengatakan memang sengaj ikut untuk mengenal Papua lebih dekat.
"Jadi tujuan ikut kegitan ini pengen tahu Papua sebenarnya karena Papua selalu diinformasikan yang negatif saja," ungkapnya yang ditugaskan ke pesisir Kaimana.
Baca juga: Papua akan Terang Benderang di 2019 |
Mahasiswa lainnya Mira Ismiyanti Pribadi dari ITB 2016 menyebut berbagai hal dia lalui agar bisa menuju Papua mulai dari pendaftaran, seleksi, dan pembekalan.
"Tujuan saya bergabung dengan program ini ikut bersama PLN untuk menerangi Papua," pungkas Mira.
Di lapangan para mahasiswa diberikan tugas untuk mengisi lembar survei yang terdiri dari data desa, survei potensi energi baru dan terbarukan, serta survei pembangunan kelistrikan Papua.
Mereka akan didampingi oleh sukarelawan PLN untuk menjalani misi ke 40 desa di kawasan Nabire dan sekitarnya. Selain Nabire, PLN juga menjalankan Ekspedisi Papua Terang di 4 titik lainnya di Jayapura, Merauke, Wamena, dan Timika. (ega/hns)