"Kita masih punya PR untuk terus memacu investasi, agar dengan pertumbuhan di atas 5,2% tidak menimbulkan komplikasi dari sisi neraca pembayaran, karena kalau ekspornya terlalu lemah dan impor terlalu rendah, maka pertumbuhan ekonomi akan menimbulkan tekanan pada neraca pembayaran. Itu yang mungkin saya sampaikan, tapi overall saya senang dengan data itu," tutur Sri Mulyani di Istana Presiden, Jakarta Pusat, Senin (6/8/2018).
Sri Mulyani menyoroti komponen investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang rendah, padahal selama tiga kuartal sebelumnya mencapai 7%, tapi kini turun menjadi 6%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PMTB mencakup bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan. Pengeluaran barang modal untuk keperluan militer tidak dicakup dalam rincian ini tetapi digolongkan sebagai konsumsi pemerintah
"Dari sisi permintaan, yang agak turun adalah investasi. saya melihat itu agak di bawah yang kita harapkan. Karena pertumbuhan PMTB itu 7% sudah tiga kuartal berturut-turut, sekarang tiba-tiba turun di bawah 6%," terang
"Itu harus kita sikapi secara hati-hati. Apakah kemarin karena libur panjang, karena dari manufaktur juga rendah, jadi mungkin ada korelasi, trade off antara konsumsi yang jadi bagus, tapi manufaktur dan investasi agak lemah," sambung mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Simak Juga: Sri Mulyani Harapkan Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini Capai 5,4 %
(hns/ara)











































