Teknologi yang dimaksud bernama 'Sosrobahu' yang diciptakan Tjokorda Raka Sukawati. Terakhir kali, teknologi tersebut dipakai di Indonesia sekitar tahun 1988 saat membangun jalan tol Wiyoto-Wiyono.
Setelah itu, tak ada satupun proyek pembangunan jalan layang menggunakan teknologi ini di Indonesia. Justru, teknologi Sosrobahu malah marak digunakan di negara lain seperti Malaysia hingga Filipina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru sekarang, teknologi ini dipakai lagi di Indonesia. Toknologi ini akhirnya pulang kampung, setelah digunakan dalam pembangunan jalan tol layang Jakarta-Cikampek yang saat ini konstruksinya tengah berlangsung.
Melihat manfaat dari teknologi ini bagi pemanfaatan pembangunan infrastruktur di tanah air, Jumat (10/8/2018) lalu teknologi ini mendapat penghargaan dari Musium Rekor Indonesia (MURI).
"Teknologi sosro bahu mendapat penghargaan sebagai salah satu teknologi yang memberikan dampak besar bagi dunia konstruksi nasional," kata Praktisi Konstruksi Basuki Winanto kepada detikFinance, Minggu (12/8/2018).
Dalam acara yang diselenggarakan di Mall of Indonesia (MOI) tersebut, ada total 5 teknologi yang mendapat apresiasi dariMURI, yakniDidiek HGoenadi
- Pupuk Hayati Pelarut Hara dan Pemantap Agregat (Paten ID 0 000 298 S Thn 1998).
- Lisminto Teknik Pemurnian Aspal Buton dengan metode Ekstraksi Terbalik
- Alm.JH. Simanjuntak Splice for JoiningPC Pile Bullet
- Dicky R Munaf Agregat Ringan dari Abu terbang
- Tjokorda Raka Sukawati Teknologi Jalan Layang Sosrobahu.
Sebut saja, Metro Manila Skyway Stage 1 tahun 1999, Metro Manila Skyway Stage 2 tahun 2011, Metro Manila Skyway Stage 3 tahun 2015.
Ada juga proyek Ninoy Aquino International Airport Express Way di Filipina tahun 2014.
"Sejak tahun 1996, Malaysia pun menggunakan metode ini untuk membangun jalan tol di negara mereka. Hal ini menunjukkan sudah diakuinya karya anak bangsa yang berkualitas oleh dunia internasional," tambah Basuki. (dna/zlf)