Turki Harus Hati-hati, Bantuan China Ada 'Efek Sampingnya'

Turki Harus Hati-hati, Bantuan China Ada 'Efek Sampingnya'

Danang Sugianto - detikFinance
Minggu, 19 Agu 2018 18:51 WIB
Foto: Kiagoos Auliansyah/Infografis
Jakarta - China akan beraksi sebagai pahlawan bagi Turki. China akan memberikan bantuan likuiditas melalui surat utang yang akan diterbitkan oleh Turki.

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance ( Indef) Bhima Yudhistira, bantuan tersebut akan menjadi obat temporer bagi Turki yang mengalami krisis mata uang. Namun obat itu ada efek sampingnya yakni munculnya dominasi China.



China memiliki peluang untuk memberi pinjaman dengan jaminan aset BUMN Turki. Di sinilah China memiliki peluang besar untuk memperkuat dominasinya di Turki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di ujung jalan dominasi China memakan korban seperti Srilanka dan Maladewa yang akhirnya harus menyerahkan pengelolaan proyek infrastrukturnya kepada perusahaan China," ujarnya kepada detikFinance, Minggu (19/8/2018).

Turki pun, kata Bhima bisa bernasib sama dengan kedua negara itu sebagai korban dominasi utang China. Apalagi bunga dari surat utang Turki untuk tenor 10 tahun mencapai 21,17%.

"Beban bunga yang tinggi tentunya menambah resiko default karena Turki tetap harus melunasi utang ke China," tutupnya

Bagi China, kesehatan keuangan Turki juga berpengaruh bagi negaranya. Sebab muncul efek domino dari keluarnya dana asing di Turki.

"Pertama, krisis Turki dikhawatirkan memicu efek domino ke China karena masuk dalam kelompok emerging market. Dalam seminggu terakhir bursa saham China ditutup melemah -0,8% seiring memburuknya kondisi Turki dan perang dagang dengan AS," terangnya.



Turki sendiri memiliki masalah struktural defisit transaksi berjalan 5,9% terhadap PDB dan defisit anggaran 2,8%. Artinya dana asing masih rentan keluar dari Turki.

Lalu, bagi China menolong Turki bisa membuka ruang untuk menguasai ekonomi Global. Posisi tawar China akan lebih kuat khususnya terhadap AS.

"Tensi perang dagang China dengan AS akan semakin meruncing karena Turki adalah anggota Nato yang sebelumnya loyal ke AS," tambahnya.

China sendiri sudah cukup agresif untuk masuk ke Turki. Beberapa perusahaan China dalam beberapa tahun kebelakang sudah masuk ke industri telekomunikasi dan pelabuhan di Turki.


Saksikan juga video ' Ditekan Secara Ekonomi, Erdogan Serukan Perjuangan Nasional ':

[Gambas:Video 20detik]

(das/dna)

Hide Ads