-
Pemerintah kembali menerbitkan surat utang yang ditujukan kepada investor ritel bernama Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR004. Surat utang itu telah resmi diluncurkan di pasar modal.
Pemerintah berharap surat utang ini bisa diserap oleh investor ritel domestik khususnya masayarakat muda. Apalagi dalam SBR004 pemerintah menurunkan batas minimum pembelian menjadi Rp 1 juta dan maksimalnya Rp 3 miliar.
Agar menarik pemerintah menetapkan kupon bunga mengambang dengan batas minimal (floating with floor). Suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate menjadi acuan kupon bunga dari obligasi bertenor 2 tahun ini.
Sementara batas bawahnya ditentukan sebesar 8,05%. Sehingga walaupun suku bunga acuan terus turun kupon bunga SBR004 tidak akan berada di bawah batas bunga itu.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan pemerintah sengaja menerbitkan SBR004 untuk menyasar investor ritel domestik.
Hal itu menjadi alasan batas minimum pemesanan SBR004 diturunkan menjadi Rp 1 juta dan maksimumnya sebesar Rp 3 miliar.
"Ini tujuannya memang investor lokal. Di seri SBR003 jumlah investor ritel juga sudah banyak," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta.
Untuk kupon bunganya pemerintah menetapkan mengambang dengan batas minimal (floating with floor) dengan acuannya dari suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate.
Untuk tingkat kupon periode 3 bulan pertama ditetapkan 8,05%. Tingkat bunga itu berasal dari suku bunga acuan BI yang berlaku saat penetapan kupon sebesar 5,5% ditambah spread tetap 255 bps (2,55%).
Tingkat kupon berikutnya akan disesuaikan setiap 3 bulan sesuai dengan BI 7 Days Reverse Repo Rate dengan ditambah spread tetap 2,55%. Namun kupon bunga tidak akan lebih kecil dari batas floor yang ditetapkan yakni 8,05%.
SBR ini berbentuk tanpa warkat, tidak bisa diperdagangkan. Instrumen ini juga tidak dapat dicairkan seketika sampai dengan jatuh tempo yang ditetapkan pada 20 September 2020, kecuali pada periode pelunasan sebelum jatuh tempo (Early Redemption).
SBR004 dianggap memiliki kelebihan tersendiri dibanding instrumen investasi sejenis seperti deposito.
Luky Alfirman menjelaskan, pertama SBR0004 memiliki tingkat bunga yang lebih menarik dibanding instrumen investasi pendapatan tetap lainnya seperti deposito.
SBR0004 ini ditetapkan kupon bunganya mengambang dengan batas minimal (floating with floor) dengan acuannya dari suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate. Untuk tingkat kupon periode 3 bulan pertama ditetapkan bunga batas minimal 8,05%.
"Kalau suku bunga deposito tergantung skema ada yang fix atau floating. Kalau ini kan sifatnya floating with floor dia bisa naik tergantung BI rate. Tapi ini ada floor-nya minimum 8,05%. Jadi kalau BI rate turun kita ada floor-nya," terangnya.
Selain itu, tambah Luky, SBR004 juga memiliki kelebihan tingkat risiko yang kecil. Sebab seluruh instrumen itu dijamin oleh pemerintah.
"Deposito itu yang dijamin maksimum Rp 2 miliar, kalau ini kan mau beli Rp 3 miliar sudah pasti dijamin pemerintah. Sama seperti US Treasury dianggap paling aman karena dijamin pemerintah mereka," kata Luky.
Perbedaan lainnya, deposito menerapkan pinalti atau denda jika dana dicairkan sebelum waktu jatuh tempo. Sementara SBR004 juga tidak bisa dicairkan dalam jangka waktu 2 tahun, kecuali pada masa pelunasan sebelum jatuh tempo (early redemption).
Masa penawaran SBR004 ditetapkan sejak hari ini tepat pukul 09.00 WIB hingga 13 September 2018 hingga pukul 10.00 WIB. Sementara tanggal penetapan hasil penjualan pada 17 September 2018, penyelesaian transaksi pada 19 September 2018 dan jatuh tempo ditetapkan pada 20 September 2020.
Pemerintah menjual SBR004 secara online melalui media distribusinya. Ada 11 media distribusi yang telah ditunjuk oleh pemerintah yang berasal dari perbankan, perusahaan efek dan perusahaan financial technology.
Media distribusi yang telah ditunjuk di antaranya BCA, Bank Mandiri, BNI, Bank Permata, BRI, BTN, Trimegah Sekuritas Indonesia, Bareksa Portal Investasi, Bareksa Portal Investasi, Star Mercato Capitale (Tanamduit) Investree Radhika Jaya dan Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku).
Untuk membeli instrumen investasi ini calon investor cukup melalui situs dari agen penjual tersebut. Masa penawaran dibuka mulai hari ini pukul 09.00 WIB hingga 13 September 2018 hingga pukul 10.00 WIB.
Untuk tanggal penetapan hasil penjualan pada 17 September 2018. Sementara penyelesaian transaksi pada 19 September 2018 dan jatuh tempo ditetapkan pada 20 September 2020.
Pembayaran bunga dilakukan setiap 3 bulan sekali. Jadi misalnya membeli SBR004 sebesar Rp 100 juta dengan kupon 8,05% maka setiap 3 bulan mendapatkan pembayaran kupon 8,05% sekitar Rp 1.710.625 ribu.
Angka itu berasal dari 8,05% dari Rp 100 juta yakni Rp 8.050.00 ribu kemudian dibagi 4 kali pembayaran yakni Rp 2.012.500. Lalu dipotong pajak 15% sesuai ketentuan.
Besaran bunga tentunya tergantung dari besarnya suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate. Jika semakin tinggi maka bunga yang didapat jauh lebih tinggi.
SBR004 juga bisa dicairkan sebelum jatuh tempo pada 20 September 2020, yakni pada masa pelunasan sebelum jatuh tempo (early redemption). Syarat besarannya 50% dari setiap transaksi yang telah diajukan pada masing-masing mitra distribusi.