Ini Saran Kementan Kelola Rawa Lebak untuk Pertanian

Ini Saran Kementan Kelola Rawa Lebak untuk Pertanian

Akfa Nasrulhak - detikFinance
Rabu, 22 Agu 2018 21:58 WIB
Foto: Kementan
Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menargetkan lahan rawa lebak menjadi lahan pertanian produktif yang menambah pasokan pangan nasional. Lahan rawa lebak yang sedang digencarkan oleh Kementan di antaranya ada di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.

Peneliti dari Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Yanti Rina mengatakan hasil kajiannya pada lahan rawa lebak di tiga desa Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa petani di lahan rawa lebak umumnya memiliki beberapa pola usaha tani yang menguntungkan.

"Pola usaha tani yang dilakukan di rawa lebak tidak hanya produksi padi sawah tetapi juga semakin menguntungkan dengan memelihara ikan, dan beternak itik," ungkap Rina, dalam keterangan tertulis, Rabu (22/8/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurut Rina, pelaksanaan tiga usaha tani tersebut diyakini berpotensi memberikan keuntungan yang cukup besar bagi petani.

Dari usaha tani ternak itik dan pemeliharaan ikan saja misalnya, petani mampu mengantongi keuntungan antara dua hingga enam juta rupiah setiap bulannya. Itik yang diternak biasanya merupakan itik jenis alabio yang merupakan itik lokal dengan keunggulan sebagai itik petelur.

Namun demikian, Rina menjelaskan bahwa masalah utama dalam pemanfaatan lahan rawa lebak adalah tata air dan kesuburan lahan.

Karena itu, fokus Kementan pada kegiatan agronomi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan, selain pengendalian tata air adalah pola tanam dan penggunaan varietas unggul yang adaptif.

"Verietas Mekongga dan Ciherang apabila diikuti dengan ketepatan waktu tanam mampu akan menghasilkan Gabah Kering Giling antara 4,9 sampai 5,5 ton per hektare dengan nilai keuntungan mencapai 14 juta rupiah per hektare," tambah Rina.




Dia menuturkan dalam memaksimalkan rawa lebak, diperlukan strategi dan penerapan teknologi yang tepat. Salah satunya adalah konsep mini polder yang diyakini dapat mengatasi kendala utama pengembangan usaha tani lahan rawa lebak, seperti banjir pada musim hujan dimana fluktuasi air sangat sulit diperkirakan.

Sementara itu, di lain kesempatan, Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Dedi Nursyamsi saat melakukan temu lapang dengan kelompok tani Desa Habuku Raya, Kabupaten Hulu Sungai Utara mengungkapkan bahwa konsep mini polder terbukti meningkatkan indeks pertanaman lahan sawah di rawa lebak dari tanam sekali menjadi dua kali dalam setahun.

"Konsep mini polder merupakan pembagian polder besar (> 1000 ha) menjadi polder yang lebih kecil (50-100 ha) dengan tujuan agar pengelolaan air lebih mudah dan biaya perawatan lebih murah. Kendala kelebihan air di musim hujan yang biasanya menggenangi lahan sawah bisa dipompa keluar sehingga lahan bisa ditanami," terang Dedi.

Selain fluktuasi tinggi muka air, peneliti dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Indrastuti A. Rumanti menyebutkan bahwa kendala lainnya adalah ancaman penyakit blast.

"Varietas unggul padi yang toleran terhadap genangan, serta toleran terhadap penyakit blast dapat menjadi salah satu komponen teknologi penting dan murah untuk mengatasi permasalahan di lahan rawa," lanjut Indras.

Indras menjelaskan, ada beberapa varietas unggul baru yang dapat mengatasi penyakit blast dan tahan terhadap genangan. Varietas yang adaptif terhadap genangan memiliki produktifitas 6 hingga 9,5 ton per hektare. Bahkan ada petani di Cilacap yang produktivitasnya mencapai 10 ton/ha di lahan lebakan.

Varietas tersebut toleran terhadap rendaman selama 6 hingga 14 hari pada fase vegetatif, dan dapat bertahan hidup dalam kondisi tenggelam hingga 14 hari berturut-turut. Inpara 3 dan Inpara 8 Agritan misalnya memiliki sifat istimewa, yakni mampu memanjangkan tinggi tanamannya mengikuti tinggi muka air, sehingga dapat bertahan pada kondisi genangan (stagnant flooding) antara 60 sampai 80 cm hingga fase generatif.

Indras mengaku telah memperkenalkan berbagai varietas di atas melalui demonstration plot (demplot) yang bertujuan untuk mengetahui preferensi petani, pedagang benih/beras dan pengusaha penggilingan. Demplot juga berfungsi sebagai upaya seleksi variteas.

"Melalui demplot, pemulia padi akan mendapatkan umpan balik guna memperbaiki kekurangan varietas yang dikenalkan, varietas yang terpilih diharapkan dapat diterima dan diadopsi oleh petani lebak, sekaligus dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di lahan lebak," tutup Indras.


Saksikan juga video 'Jaga Kestabilan Harga Telur, Mentan Sebar 100 Ton Telur Murah':

[Gambas:Video 20detik]

(mul/ega)

Hide Ads