Selamatkan Rupiah dengan Setop Impor Dirasa Kurang 'Afdol'

Selamatkan Rupiah dengan Setop Impor Dirasa Kurang 'Afdol'

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 23 Agu 2018 11:44 WIB
Foto: detik
Jakarta - Untuk menyelamatkan nilai tukar rupiah, pemerintah akan menghentikan impor terhadap 500 komoditas yang merupakan barang konsumsi, barang modal dan bahan baku. Upaya itu dipandang sebagai jalan pintas dan kurang 'afdol'.

Bank Indonesia mencatat, defisit transaksi berjalan di kuartal II-2018 tercatat 3% atau sebesar US$ 8 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 1,96%. Catatan inilah yang menjadi salah satu penyebab rupiah tak mampu meredam penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

Menurut Ekonom Bank Permata Josua Pardede, pilihan yang diambil oleh pemerintah itu merupakan jalan pintas untuk memperbaiki nerca transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan yang masih besar lebih disebabkan terus membengkaknya porsi impor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya jalan pintas, ini quick win. Menyetop impor bisa menahan defisit transaksi berjalan secara jangka pendek," ujarnya kepada detikFinance, Kamis (23/8/2018).



Sementara untuk mendorong ekspor memang dibutuhkan waktu untuk bisa memberikan khasiat terhadap transaksi berjalan. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan seperti insentif. Itu pun perlu waktu untuk merealisasikannya.

Meski begitu pemerintah tetap harus memikirkan cara untuk mendorong ekspor. Sebab penghentian 500 komoditas impor khasiatnya hanya bersifat sementara.

Josua memprediksi, imbas dari kebijakan penghentian impor dari 500 komoditas itu baru akan terasa imbasnya di semester I tahun depan setelah aturan atas kebijakan itu sudah keluar.

"Pemerintah tidak boleh melupakan secara jangka panjang memperbaiki struktur industrinya. Jika tidak kita akan terus bergantung pada impor," tambahnya.

(das/eds)

Hide Ads