Misalnya di industri tekstil, dikatakan Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex Iwan Setiawan Lukminto masih bergantung bahan baku impor hingga 60%. Dia berharap, kalau pun ada pembatasan impor bukan untuk komoditas yang krusial.
"Pada umumnya kalau yang tidak krusial itu nggak apa (dibatasi impornya). Tapi kalau krusial nanti di dalam negeri ada inflasi juga kan akibatnya," kata Iwan dalam sesi wawancara khusus dengan detikFinance, di Jakarta, Selasa (21/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menilai, untuk industri yang mengimpor bahan baku untuk kepentingan ekspor semestinya tidak kena pembatasan impor.
"Kalau kami impor kan ekspor juga. Jadi menurut saya sih nggak terlalu ini (khawatir) karena kita porsi ekspornya banyak. Jadi kita tidak kena duty, tidak kena pembatasan," paparnya.
Lagipula, menurut Iwan kebijakan tersebut cocoknya sebagai kebijakan jangka pendek untuk mengurangi impor. Perlu disiapkan kebijakan jangka panjang, misalnya memperkuat sektor industri manufaktur.
"Sementara ini (kebijakan pembatasan impor), sementara saja (kebijakannya). Long term-nya (jangka panjangnya) harus membuat manufacturing di Indonesia, solusinya," tambahnya. (dna/dna)