Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan pemanfaatan EBT didasarkan pada potensi masing-masing daerah. Setiap daerah memiliki potensi EBT tersendiri, mulai dari panas bumi, tenaga surya, hingga angin atau bayu.
"Kalau EBT itu lebih kepada local wisdom, karena tidak semua daerah punya EBT. Ada daerah yang kaya dengan geothermal, ada yang yang bisa lewat bayu. Ada daerah yang kualitas mataharinya lebih bagus. Kita lihat satu per satu," kata Arcandra dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Asosiasi Dinas Pengelola ESDM Provinsi se-lndonesia di Provinsi Sulawesi Utara di Four Points, Manado, Kamis (23/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya NTT, capacity factor-nya bisa 24%. Di daerah seluruh Indonesia, untuk matahari hanya 18%. Tapi 18 persen itu bisa masuk nggak keekonomiannya? Ada," ujar Arcandra.
Begitu juga dengan pemanfaatan tenaga bayu atau angin di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan (Sulsel). PLTB Sidrap di Sulsel sudah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.
"Disesuaikan dengan potensi EBT di daerah masing-masing. Yang di bayu di Sidrap, anginnya kencang. Nggak mungkin kita bangun itu yang nggak ada potensinya," kata Arcandra.
Pihaknya pun berupaya agat target bauran EBT 23% bisa tercapai di 2025, termasuk pemanfaatan listrik atap atau rooftop.
"Kita berusaha sekuat tenaga agar target bauran energi 23% itu bisa tercapai. Usaha kita yang terakhir apa? Rooftop. Itu kali dikali kan dengan jumlah rumah, kita belum tahu minatnya, ini Permennya sedang diselesaikan secepatnya," ujar Arcandra.











































