Menurut Analis Paramita Alfa Sekuritas William Siregar pelemahan rupiah itu masih dalam batas kondusif kondusif. Mata uang Garuda juga belum bernasib separah mata uang negara lainnya.
"Dibilang aman tidak, tapi jauh lebih kondusif karena masih di bawah 10%, berbeda dengan rupee, peso Argentina, dan sebagainya," tuturnya kepada detikFinance, Jumat (24/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang nilai tukar rupiah belum melewati batas kondusif. Namun bukan berarti pemerintah dan Bank Indonesia (BI) bersantai menghadapi kondisi tersebut.
"Saya bilang masih kondusif, tapi tidak berarti kita harus santai-santai di era pengetatan moneter saat ini," tambahnya.
Meski begitu, menurut William pelemahan rupiah masih jauh dari kondisi pelemahan saat krisis 2008 ataupun 1998.
"Memang kalau kita lihat pelemahan rupiah diakibatkan dominannya efek eksternal seperti The Fed Rate yang kembali akan dinaikan. Sedangkan secara internal terkait defisitnya neraca dagang dan meningkatnya defisit transaksi berjalan," terangnya.
"Jadi kita harus memaklumi tapi bukan artinya kita harus merasa aman-aman saja. Perlu langkah khusus dan untuk itu pemerintah melalui kementerian keuangan menerbitkan larangan 500 produk impor," tambah William.