Bantuan itu berupa sarana pengendalian untuk serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) lalat buah.
"Kementan memberikan bantuan sarana pengendalian lalat buah sebagai stimulan bagi petani dalam pelaksanaan pengendalian lalat buah di lahan usaha taninya," ujar Direktur Perlindungan Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura, Wijayanti Yusuf dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosialisasi pun dilakukan kepada kelompok tani dan pengepul atau pedagang salak di Desa Gunung Giana, Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, kemarin (24/08/).
Sri mengatakan keberhasilan pengendalian lalat buah dapat dicapai apabila dilakukan secara serentak dalam areal yang luas dan berkesinambungan serta melibatkan instansi terkait.
Beberapa teknologi pengendalian lalat buah yang sederhana dan mudah diterapkan oleh petani antara lain pemerangkapan dengan zat penarik/atraktan, sanitasi buah busuk oleh lalat buah kemudian pemusnahan bisa dengan cara Mengubur, Membakar, Membungkus dan Merebus (4M), memanfaatkan musuh alami yang ada serta konservasi musuh alami dengan menanam refugia sebagai tempat hidup parasitoid, serta melakukan sanitasi kebun secara intensif.
"Mari kita bersama-sama kembalikan kuantitas dan kualitas produksi salak Banjarnegara sehingga ekspor naik dan kesejahteraan petani salak meningkat," ajak Sri.
Baca juga: Kementan Pasok 52 Ton Pakan Ternak ke Lombok |
Kapala UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Catur Wahyudi mengungkapkan, jajaran petugas perlindungan tanaman khususnya dari Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura (LPHPTPH) Banyumas siap mengawal dan mendampingi secara teknis pelaksanaan pengendalian lalat buah secara luas di lapangan.
"Kami siap merespons dan bekerja dengan cepat membantu petani agar salaknya tidak diserang lalat. Kami akan optimalkan segala potensi, sehingga produk salak tetap berkualitas standar ekspor," ungkapnya.
Hal senada juga dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara, Totok. Menurutnya buah salak sebagai ikon dari Kabupaten Banjarnegara, maka Dinas Pertanian sangat serius dalam upaya meningkatkan produksi, kualitas dan nilai tambah dari komoditas salak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Banjarnegara.
"Tentunya hal ini akan disinergikan kegiatannya instansi terkait dan Badan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah," kata Totok.
Kabupaten Banjarnegara, merupakan sentra produksi salak di Jawa Tengah dengan area luas panen 8.888 hektare. Tidak kurang dari 30.000 Kepala Keluarga (KK) dikatakan bergantung dari panen salak.
Salak merupakan komoditas asli Indonesia dan mempunyai prospek yang cukup baik untuk pasar lokal maupun luar negeri. Pada tahun 2017 luas panen salak adalah 22.514 hektar dengan volume produksi 953.845 ton dengan rata-rata produktivitas 21,8 kg per pohon.
Daerah sentra produksi salak antara lain di Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara. Salak pondoh dari Sleman dan Magelang terkenal baik di pasar lokal dan ekspor.
Saksikan juga video 'Keuntungan antara Petani dan Pedagang Perlu Diatur Pemerintah':
(mul/ega)