Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto menerangkan, pemerintah tengah mengumpulkan data-data terkait komponen pembentuk harga LPG.
"Nah itu kita akan lebih detail lagi karena kan ada yang fix dalam rupiah per kg. Ada yang berdasarkan persentase dari harga perolehan impor. Kan kita kan LPG ada impor, ada dari kilang dalam negeri dan ada dari kilang swasta dalam negeri. Nah ini data-datanya kita kumpulkan semua, kita rinci lebih dalam mana yang lebih real realisasi," jelasnya usai rapat di Komisi VII DPR Senayan, Jakarta, Senin (27/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama ini kan data itu banyak seluruh Indonesia terus data itu kita kelompokkan, kita rata-ratain," ujarnya.
"Padahal kan harga tiap hari berubah, kaya sekarang harga minyak. Dulu kan harga minyak US$ 100 sekarang US$ 70, kan harus kita sesuaikan jadi konstantanya harus kita sesuaikan dengan data-data yang se-real sekarang, itu intinya. Makanya kita ubah setiap setahun sekali karena kan datanya, harganya beda-beda," sambung Djoko.
Dia menambahkan harga tersebut akan berpengaruh pada harga LPG yang nanti dijual ke pasaran. Dia yakin, formula ini akan membuat harga di pasaran lebih murah. Namun, Djoko belum bisa memaparkan karena masih dalam kajian.
"Jadi untuk sementara hitungan kita itu harga perolehan harga acuannya itu bisa lebih murah," tutupnya.
Saksikan juga video 'Gas Oplosan Dijual Murah tapi Membahayakan Masyarakat':
(hns/hns)