Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menjelaskan tak hanya Rupiah yang mengalami pelemahan, namun juga mata uang di sejumlah negara.
Dia mencontohkan seperti Swedish Krona melemah 10%, Australian dolar melemah 6%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia kondisi tersebut mempengaruhi kondisi mata uang di emerging market. Termasuk Indonesia.
"Tapi mata uang lain juga semuanya melemah jadi bukan sesuatu yang luar biasa ya. Yang penting bahwa stabilitas ekonomi dan keuangan bisa terjaga dengan baik ya likuiditas terjaga baik," ujar Mirza.
Dia menyebutkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di perbankan Indonesia menurun dibandingkan misalnya 2015 itu 3,2% saat ini di kisaran 2,7% dan masih dalam kondisi baik.
"Tapi kita tentu tetap memonitor kita tetap harus waspada juga karena memang ya apa yang terjadi dengan kebijakan pemerintah Amerika ini berdampak ke negara emerging market," ujar dia
Mirza menyebutkan saat pemerintah juga menjaga defisit fiskal dari produk domestik bruto. Pemerintah dan BI juga berupaya mengendalikan defisit barang dan jasa serta mengendalikan inflasi sesuai target.
Menurut Mirza pelemahan nilai tukar rupiah jangan dijadikan hal yang luar biasa.
"Di Indonesia ini melihat rupiah melemah seperti suatu yang negatif padahal di negara lain juga melemah, tenang-tenang saja mereka jadi tidak menjadi masalah harusnya," imbuh dia.
Saksikan juga video 'Penyebab Rupiah dan Mata Uang Dunia Melemah':
(kil/eds)