terhadap dolar AS.
Menanggapi hal tersebut ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani menjelaskan kalangan pengusaha sudah memprediksikan kondisi ini.
"Kami sudah ekspektasi dan buat perkiraan. Jadi ini bukanlah suatu hal yang mengejutkan karena kita sudah antisipasi," kata Rosan di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Minggu (2/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kalau menurut kami, dunia usaha seperti itu ke depannya memang masih berekspektasi ada tekanan terhadap rupiah. Karena masih ada kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS dan pemerintah harus berupaya melakukan kebijakan untuk menahan current account deficit," jelas dia.
Sementara itu, ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menjelaskan gejolak nilai tukar yang terjadi hanya sentimen sementara.
"Itu kan sentimen sementara aja, fundamentalnya kan tidak segitu. Pengaruh penguatan dolar AS ini kan karena eksternal negatif saja," kata Wimboh usai pertemuan dengan Jack Ma, di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Minggu (2/8/2018).
Baca juga: Dolar AS Rp 14.800, Money Changer Masih Sepi |
Dia mengungkapkan, pelemahan nilai tukar ini tidak akan mempengaruhi sektor jasa keuangan khususnya perbankan.
"Sektor jasa keuangan kita baik, likuiditas perbankan kita masih cukup. Pemerintah kan sudah menghitung semuanya, mudah mudahan cepat selesai lah," jelas dia. (kil/zlf)