"Perangkap likat kuning terbukti efektif mengurangi penggunaan pestisida karena mampu menangkap hama lebih cepat, murah dan pasti lebih ramah lingkungan," ujar Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Prihasto Setyanto, saat mengunjungi kawasan bawang putih hasil kerjasama Kelompok tani Regek dengan importir bawang putih PT Citra Gemini Mulya, di Desa Sutopati Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang, Sabtu (8/9/2018).
Prihasto menjelaskan, perangkap likat kuning adalah perangkap untuk menangkap serangga yang terbuat dari plastik berwarna kuning yang dilapisi lem. Perangkat tersebut dibuat dari bahan-bahan yang relatif murah dan mudah didapat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Prihasto, Kementerian Pertanian mendorong seluruh pengembangan bawang putih, baik melalui APBN, swadaya maupun kerja sama kemitraan dengan importir, dapat mengaplikasikan teknologi sederhana dan tepat guna tersebut.
"Kita tidak mau program menuju swasembada bawang putih gagal akibat pengendalian hama dan penyakit yang asal-asalan atau tidak ramah lingkungan," tukasnya.
![]() |
Sementara itu, Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf, membenarkan penggunaan likat kuning bisa membantu mengurangi hama dan penggunaan pestisida.
"Setiap spesies serangga hama memiliki ketertarikan yang berbeda terhadap warna perangkap likat. Perangkap likat kuning efektif untuk menurunkan populasi lalat pengorok daun Liriomyza, lalat buah, kutu kebul, kutu daun dan thrips," tuturnya.
"Perangkap likat yang terpasang pada area pertanaman bisa dijadikan sarana monitor populasi serangga hama," imbuhnya.
Kabul, Ketua kelompok tani Bawang Putih Regek mengaku menggunakan likat kuning sangat membantunya menekan serangan hama.
"Pengalaman kami, penggunaan likat kuning bisa mengurangi penggunaan pestisida 10 hingga 20%. Dengan likat kuning, kami bisa tahu seberapa tingkat serangan hama khususnya kutu dan serangga. Dari situ kami bisa mengukur penggunaan pestisida yang wajar. Jadi tidak over dosis dan merusak lingkungan," pungkasnya. (idr/hns)