Sri Mulyani menceritakan, tantangan perekonomian Indonesia dan negara berembang lainnya masih didominasi dari eksternal, yakni perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, kebijakan normalisasi moneter AS mulai dari kenaikan suku bunga dan pengembalian arus modal keluar dari negara berkembang.
"Untuk 2019, kami masih menggunakan growth 5,3%," kata Sri Mulyani di ruang rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Senin (10/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komposisi pertumbuhan ekonomi tersebut, kata Sri Mulyani akan ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga di level 5,1%, konsumsi pemerintah 5,4%, investasi di level 7%, ekspor 6,3%, dan impor 7,1%.
"Ini nggak berubah dari nota keuangan, karena untuk menghadapi down size risk," jelas dia.
Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,3% di 2019 juga tidak beda jauh dengan ramalan dari lembaga internasional.
Seperti Bank Dunia yang memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,2%, OECD sebesar 5,3%, IDB sebesar 5,3%, dan IMF sebesar 5,4%.
"Mereka akan melakukan update forecast dengan berbagai yang kami sampaikan," tutup dia.
Saksikan juga video 'Soal Imbas Krisis Turki, Sri Mulyani: Ekonomi RI Kita Jaga':
(hek/eds)