"Saya sudah lama bilang 5,4% itu tidak realistis. Tidak mencerminkan kondisi paling mutakhir," kata Tony kepada detikFinance, di Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Menurut Tony pada saat penyusunan target asumsi dasar makro ekonomi 2018 pemerintah ragu-ragu karena gejolak ekonomi global yang tidak bisa diprediksi. Dia mencontohkan perkembangan ekonomi dunia yang sulit diprediksi adalah harga minyak dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Krisis Turki juga agak di luar dugaan, dan menambah sentimen negatif," kata Tony.
Tony menambahkan keputusan pemerintah memangkas target pertumbuhan ekonomi menjadi 5,2% terlambat.
"Pemerintah termasuk agak lambat merevisi target pertumbuhan ekonomi, yang mestinya sudah disadari bahwa 5,4% tidak akan tercapai. Proyeksi terbaru sekitar 5,1-5,2% menurut saya jauh lebih kredibel dan achievable," tutur Tony.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pertumbuhan ekonomi 2018 akan berada di level 5,14-5,21%.
"Sepanjang 2018 kami memproyeksikan pertumbuhan 5,14 - 5,21, ini based line di 2018," kata Sri Mulyani di ruang rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Kamis (13/2018). (hek/hns)