Neraca Dagang RI Tekor US$ 1,02 Miliar, Ini Langkah BI

Neraca Dagang RI Tekor US$ 1,02 Miliar, Ini Langkah BI

Trio Hamdani - detikFinance
Senin, 17 Sep 2018 17:02 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar US$ 1,02 miliar di Agustus. Di tengah kondisi tersebut, apa langkah Bank Indonesia (BI)?

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menyampaikan, pihaknya selaku bank sentral berupaya tetap menjaga aliran dana asing ke dalam negeri. Hal itu demi menjaga pasokan dolar AS untuk membiayai defisit.

"Yang penting berikutnya adalah bagaimana menjaga inflow modal masuk, karena bagaimanapun juga defisit itu perlu pembiayaan, dan itu tentunya nanti akan tertutup kalau misalnya aliran modal masuk," katanya ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Untuk menarik modal asing masuk ke Indonesia, BI berupaya memastikan agar suku bunga acuan bank sentral tetap kompetitif di antara negara-negara regional di tengah aliran modal masuk ke negara berkembang yang berkurang.

BI sendiri sudah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada 15 Agustus 2018. Saat ini BI 7 Days Reverse Repo Rate berada di level 5,5% dari sebelumnya 5,25%.

"Itu lah fungsinya kita salah satu tujuan kita menaikkan suku bunga, menjaga suku bunga kita atraktif dari negara negara lain untuk menarik modal masuk," sebutnya.


Namun, melihat situasi saat ini, BI tidak akan tergesa-gesa kembali menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, sekalipun negara lain sudah ada yang menaikkan suku bunga.

"Kita tidak segera seperti itu ya, kita punya banyak faktor data data yang kita lihat, bagaimana perkembangan di domestiknya, perkembangan di luar negeri kita lihat, jadi kita menggunakan sejumlah data pada saat nanti kita akan mengubah stance policy daripada suku bunga," ungkapnya.

"Jadi tidak serta merta Fed Fund Rate naik kita naikkan, tidak serta merta Turki naikkan kita naikkan. Kita tetap menjaga dari sisi diferensialnya, kita melihat risiko risiko ke depannya," tambahnya. (ara/ara)

Hide Ads