"Jadi maksudnya saya yang diributkan ada yang nggak setuju impor, enggak ada lagi keputusan impor setelah itu," ujar Darmin di Komplek Istana, Jakarta Pusat, Kamis (20/9/2018).
Keputusan mengenai impor beras sudah disetujui sebelumnya pada Januari sebanyak 500.000 ton. Volume impor beras kemudian ditambah lagi pada Maret dengan jumlah 500.000 ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di akhir Maret, volume impor beras kembali ditambah dengan jumlah 1 juta ton. Dengan demikian, total kuota impor beras sebanyak 2 juta ton.
"Jadi total 2 juta ton (dari sebelumnya 500.000 dua kali). Itu harus masuk akhir Juli 2018," ujar Darmin.
Langkah impor dilakukan karena stok beras Bulog di bawah 1 juta ton. Jumlah stok tersebut dianggap berbahaya.
"Sehingga Bulog kita jaga stoknya bergerak di sekitar 2 juta ton. Kalau di bawah 1 juta kita anggap ini masalah," tambah Darmin.
Darmin menegaskan keputusan mengenai impor beras yang berlaku terakhir pada 28 Maret 2018.
"Putusan terakhir adalah 28 Maret 2018 dan itu sudah dilaksanakan, walaupun 400.000 ton belum masuk, sedang dalam perjalanan," kata Darmin.
Sebagai informasi, keputusan impor beras dilakukan sebelum Budi Waseso menjabat Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog. Pria yang beken disapa Buwas itu baru menjabat Dirut Bulog pada akhir April 2018.
Darmin menambahkan, tidak perlu lagi meributkan mengenai impor beras karena sudah tidak ada izin mengenai hal tersebut.
"Itu tidak ada yang tidak setuju. Semua setuju karena semua sadar stok Bulog terlalu kecil," ujar Darmin. (ara/hns)