Kemendes Tingkatkan Sistem Logistik Produksi Daerah Tertinggal

Kemendes Tingkatkan Sistem Logistik Produksi Daerah Tertinggal

Tia Reisha - detikFinance
Senin, 24 Sep 2018 12:16 WIB
Foto: kemendes PDTT
Jakarta - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menjalin kerja sama dengan PT Pos Indonesia untuk meningkatkan sistem logistik hasil produksi di daerah tertinggal.

Hal itu bertujuan agar persoalan terkait minimnya aksesibilitas dan transportasi tidak menghambat distribusi hasil produksi daerah tertinggal kepada pusat pertumbuhan.

"Dalam skema kerja sama yang terbangun, PT Pos Indonesia diharapkan dapat membantu menyediakan box untuk mengangkut hasil produksi di daerah tertinggal, misalnya mengangkut hasil panen petani mangga. Untuk memperlancar proses distribusi, petani akan diajarkan cara untuk menyortir buah-buahan dengan kualitas terbaik. Kemudian petani tinggal memasukkan mangga ke dalam box yang sudah disediakan," jelas Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Kemendes PDTT Samsul Widodo dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/9/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Samsul menambahkan PT Pos Indonesia nantinya akan mengangkut hasil produksi tersebut dan mengirimnya ke konsumen di seluruh Indonesia. Tidak hanya buah-buahan, skema distribusi produk daerah tertinggal ini juga akan diterapkan di komoditas lain, seperti sayuran, ikan segar, bahkan ikan hias mengingat potensi produk unggulan di daerah tertinggal yang sangat beragam.

"Pilot project kerja sama dengan PT Pos Indonesia ada di 4 titik, yakni di Kabupaten Situbondo, Bondowoso, Berau, dan Sorong. Khusus Kabupaten Berau dan Sorong, komoditas yang dipilih adalah ikan segar mengingat besarnya potensi ikan segar yang dimiliki kedua kabupaten tersebut," lanjutnya.

Selain aksesibilitas dan transportasi, Samsul juga menilai permasalahan lain yang berkaitan dengan produksi komoditas, unggulan tidak hanya daerah tertinggal tapi hampir di seluruh daerah di Indonesia. Permasalahan ini adalah ketersediaan lahan perkebunan yang masih minim.


Menurutnya, rata-rata daerah tidak memiliki banyak perkebunan mangga, alpukat, pisang, manggis, dan lainnya. Namun pohon buah-buahan tersebut dapat tumbuh subur di pekarangan-pekarangan rumah penduduk dengan jumlah yang tidak sedikit.

"Artinya, ke depan akan dikembangkan teknologi untuk melakukan pendataan pohon-pohon tersebut sehingga hasil panennya dapat dikonsolidasi bahkan dapat diprediksi waktu panen. Hal ini akan memudahkan konsumen untuk mendapat kepastian produksi," pungkas Samsul. Informasi lainnya tentang Kemendes PDTT di sini. (mul/ega)

Hide Ads