Para Pendatang yang 'Menduduki' Perbatasan RI-Papua Nugini

Tapal Batas

Para Pendatang yang 'Menduduki' Perbatasan RI-Papua Nugini

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Senin, 01 Okt 2018 19:03 WIB
Foto: Muhammad Ridho
Skouw - Erawati nampak sedang bermain dengan putrinya sembari menjaga toko. Tokonya berada di Pasar Skouw yang merupakan perbatasan antara Indonesia dengan Papua Nugini. Dia menjual beragam pakaian di sana.

Erawati sendiri berasal dari Sulawesi, tepat tepatnya Makassar. Dia jauh-jauh bermigrasi sampai ke ujung Papua untuk membuka usaha baru bersama Sang suami, karena tak di sengaja.

Sambil menggendong putrinya, Erawati bercerita, dirinya sudah tinggal dan mencari nafkah di wilayah tapal batas Indonesia sejak 2015. Saat itu, dia dan Sang suami memang hendak pindah dari Tempat asalnya di Sulawesi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya, dia tak pernah terpikir untuk bisa sampai ke tanah Papua, bahkan sampai tinggal dan menjalankan usaha di wilayah perbatasan. Namun, kata Erawati, jalan menuju Papua sudah seperti takdir baginya.

"Saya sama suami memang sudah mau pindah dari Sulawesi untuk coba usaha di tempat lain, tapi nggak pernah kepikiran mau pindah ke sini. Waktu itu ada kesalahan dari agen travel kita malah dapat ke sini. Yaudah akhirnya dijalani saja," cerita Erawati kepada detikFinance, beberapa waktu lalu.

Di sana, Erawati bersama Sang suami akhirnya mulai mencoba berdagang. Beruntung dia bisa mendapatkan tempat di Pasar Skouw untuk menjajakan barang dagangannya. Tak dikira, ternyata Erawati bisa bertahan hingga sekarang, bahkan bisa dibilang usahanya cukup berkembang.

"Di sini kalau jualan hasilnya lumayan. Kalau hari pasar bisa dapat Rp 1,5 juta sehari, itu Selasa dan Kamis. Kalau hari biasa paling Rp 1 juta. Perputaran uangnya lebih tinggi di sini daripada tempat saya dulu," kata dia.



Beda cerita dengan Erawati, Siti Badriyah yang merupakan asal Banyuwangi sudah lebih lama tinggal di Papua. Dia telah tinggal di Papua dari kecil, sejak 1982. Perempuan yang selalu tersenyum itu mengaku ikut transmigrasi saat itu.

Kini, dia sudah sudah berkeluarga dan telah dikaruniai dua orang anak. Dia mengaku betah walau tinggal di wilayah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini, apalagi usahanya berjalan cukup maju di sana. Sama seperti Erawati.

"Kalau di sini ekonominya bagus. Jualan juga lancar. Karena yang beli juga banyak dari negara tetangga," kata Siti yang berjualan kopi hingga makanan di wilayah Skouw.

Orang-orang seperti Erawati maupun Siti memang banyak ditemui di wilayah perbatasan Skouw, khususnya di wilayah pasar. Para pedagang di sana memang rata-rata merupakan pendatang dari luar pulau. Mereka umumnya datang dari Sulawesi dan Jawa.

Jika berkunjung ke sana, para pendatang tersebutlah yang akan sering terlihat mengisi dan menjual berbagai barang di wilayah perbatasan dua negara. Orang asli Papua biasanya hanya menjual hasil bumi di sana.

Supervisor Imigrasi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Skouw Jimmy P Sirait mengatakan rata-rata penduduk atau bahkan pedagang yang ada di Pasar Skouw berasal dari Makassar maupun daerah dari wilayah Jawa Tengah.

Para pendatang dari luar pulau tersebut mengisi hampir 90% kios-kios yang ada di Pasar Skouw. Menurutnya kondisi ini telah lama terjadi, bahkan sebelum PLBN Skouw dibangun dengan megah seperti sekarang ini.

"Jadi jangan heran kalau di sini memang yang jualan rata-rata justru pendatang. Orang asli Papuanya nggak begitu banyak isi kios di pasar," tutur Jimmy.

Simak terus cerita-cerita menarik dari kawasan terdepan Indonesia di Tapal Batas detikcom.

(fdl/fdl)

Hide Ads