"Apakah Rp 15.000 sudah akhir? kami mohon maaf, tidak, ini baru permulaan," kata Rizal dalam seminar 'Rezim Devisa dan Strategi Menghadapi Pelemahan Nilai Tukar Rupiah' di Gedung Nusantara, DPR RI, Jakarta Selatan, Rabu (3/10/2018).
Rizal menyatakan hal tersebut karena mempertimbangkan beberapa faktor. Pertama, dia mengatakan Bank Sentral AS akan kembali menaikkan suku bunganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sederhana alasannya, kita tanya apakah AS akan menaikkan lagi tingkat bunga? jawabannya iya," paparnya.
Tidak sampai di situ, Rizal menganggap risiko yang sedang dialami oleh sejumlah negara emerging market bakal berdampak ke Indonesia.
Diketahui memang kondisi di beberapa negara emerging market sedang tidak baik. Mulai dari Argentina hingga Turki sedang dihadapi krisis ekonomi.
"Apakah risiko di emerging market bakal punya dampak ke Indonesia? jawabannya iya," ujarnya.
Belum lagi trade war alias perang dagang antara China dan AS yang kian memanas yang semakin menyebabkan ketidakpastian global. Oleh karenanya, dengan tiga faktor itu, Rizal menilai pelemahan rupiah ke level Rp 15.000 baru permulaan.
"Jadi apakah rupiah sudah stabil Rp 15.000, kami katakan belum karena 3 (faktor) tadi. Satu AS akan naikkan lagi tingkat bunga, kedua risiko emerging market punya dampak ke Indonesia, ketiga trade war punya efek," tambahnya. (zlf/zlf)