Dorong Ekspor, Kementan Fokus Kembangkan Beras Khusus

Dorong Ekspor, Kementan Fokus Kembangkan Beras Khusus

Akfa Nasrulhaq - detikFinance
Jumat, 05 Okt 2018 17:15 WIB
Foto: Dok. Kementan
Jakarta - Ekspor beras Indonesia kategori premium dan khusus meningkat tajam selama empat tahun terakhir. Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP) terus berupaya mendorong pengembangan beras premium maupun khusus tersebut melalui beberapa program.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2017, volume ekspor beras kategori ini mencapai 3.433 ton, atau meningkat lebih dari 2.540% dibandingkan capaian ekspor tahun 2014 yang hanya sekitar 130 ton. Kementan memperkirakan ekspor beras premium dan khusus akan kembali mengalami peningkatan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP) Kementan, hingga Agustus lalu, volume ekspor beras kategori premium dan khusus sudah mencapai 3.069 ton.

"Capaian kinerja ekspor beras ini membuktikan bahwa pemerintah tidak hanya terfokus pada peningkatan beras untuk memperkuat cadangan beras pemerintah saja, tetapi juga turut berupaya untuk mengembangkan beras untuk segmen pasar khusus," kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Gatut Sumbogodjati, dalam keterangan tertulis, Jumat (5/20/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itu, Ditjen TP berupaya mengembangkan beras premium dan khusus tersebut lewat program yang diantaranya adalah dengan penerapan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, serta penyediaan alat dan mesin pertanian.


Penyediaan alat dan mesin pertanian seperti traktor, pompa air dan alat bantu tanam digunakan untuk produksi. Sementara Combine Harvester digunakan untuk menurunkan kehilangan hasil dan percepatan proses panen.

"Kami juga memfasilitasi sertifikasi beras organik, serta memberikan bantuan alat pasca panen Rice Milling Unit (RMU), packing, serta dryer atau alat pengering," tambah Gatut.

Beras Indonesia, disebut Gatut telah berhasil memasuki pasar mancanegara, antara lain Malaysia, Singapura, Australia, Jerman, Italia, Belgia dan Amerika Serikat. Beras yang diekspor tersebut berupa beras organik, beras hitam, beras merah, beras ketan hitam, serta beras premium dari jenis pandan wangi, mentik wangi, dan beberapa jenis beras premium lokal lainnya.

"Beras tersebut diminati kalangan masyarakat tertentu karena beberapa alasan antara lain tidak menggunakan bahan kimia, rendah glikemik, cita rasa yang khas, dan memang digunakan sebagai bahan baku untuk jenis makanan tertentu," ujar Gatut.

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan ekspor beras kategori premium dan khusus, Gatut menyebutkan bahwa Kementan merujuk pada konsep pengembangan komoditas berbasis wilayah. Untuk wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga, Kementan mendorong pengembangan komoditas padi unggulan lokal.


"Seperti misalnya, beras Adan Krayan dari Kalimantan Utara yang selama ini diminati oleh Konsumen di Malaysia dan Brunei. Beras ini memiliki tekstur lembut dengan warna putih, merah dan hitam kemerahan. Selain beras Adan Krayan, beras Raja Uncul dari Kalimantan Barat dan beras Siam Unus Mutiara dari Kalimantan Selatan juga berpotensi mengisi pasar Malaysia," papar Gatut.

Posisi Indonesia sebagai produsen beras terbesar ketiga dunia setelah China dan India adalah representasi bahwa potensi sumber daya alam Indonesia sangat besar. Karena itu, Gatut optimis bahwa Indonesia tidak hanya sebatas mampu memenuhi kebutuhan beras dalam negeri, tapi juga mampu mengisi kebutuhan pasar luar negeri. (idr/idr)

Hide Ads