"Impor yang naik seperti anggur, coklat, serealia seperti jagung, filamen buatan (benang untuk tekstil), dan bubur kayu atau pulp," kata Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Yunita Rusanti dalam jumpa pers di kantor pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin (15/10/2018).
Selain itu, produk impor yang mengalami penurunan, antara lain mesin, peralatan listrik, pesawat mekanik, perhiasan, hingga besi dan baja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan asal negara, penurunan impor terbesar dari China sebesar US$ 253,9 juta dengan komoditas plastik dan mesin. Kemudian penurunan impor juga terjadi terhadap Jepang US$ 210,1 juta dengan komoditas pesawat mekanik, besi dan baja.
"Ketiga yaitu Australia US$ 169,2 juta, antara lain gandum, binatang hidup dan daging beku atau frozen bone less," tutur Yunita.
Sedangkan peningkatan impor terbesar terjadi dari Ukraina sebesasr US$ 41 juta dengan komoditas mesin dan pesawat mekanik, aluminium.
"Lalu ke Pakistan naik US$ 20,5 juta seperti paper dan paper board cover, woven fabrics dan kapas. Lalu impor dari Belanda naik seperti bahan kimia organik, kendaraan dan bagiannya serta perekat enzim," tutur Yunita.
Tonton juga 'Blak blakan Mentan: Perang Lawan Mafia Impor':
(ara/ang)