Di Depan Ratusan Anak Muda, Luhut Sebut Utang RI Masih Rendah

4 Tahun Jokowi-JK

Di Depan Ratusan Anak Muda, Luhut Sebut Utang RI Masih Rendah

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 20 Okt 2018 14:56 WIB
Foto: Sylke Febrina Laucereno/detikcom
Jakarta - Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus membangun infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi. Sejumlah kalangan menilai pertumbuhan ekonomi nasional terpengaruh oleh faktor global dan internal

Menurut Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan ekonomi Indonesia terus tumbuh di tengah ketidakpastian global. Dia menjelaskan akhir 2017 ekonomi Indonesia tumbuh 5,27% dengan inflasi di bawah target 3,5% plus minus 1.


"Negara ini dimanage dengan bagus," kata Luhut dalam acara Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) yang dihadiri ratusan anak muda, di Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu (20/10/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menambahkan indikator ekonomi Indonesia yang masih bagus adalah soal utang. Menurut dia banyak kalangan yang menilai jika utang saat ini berjumlah besar.


Luhut mengungkapkan rasio utang Indonesia itu masih di bawah ketentuan undang-undang dan di bawah 30% dari produk domestik bruto (PDB).

"Kemarin saya bertemu banyak manusia di Bali (Annual Meeting IMF-World Bank). Mereka itu kepala negara, bankers dan mereka bilang utang Indonesia rendah sekali masih di bawah 30% dari PDB," ujar dia.


Dia menjelaskan saat ini pemerintah terus berupaya untuk mengelola utang agar kualitasnya lebih baik. Pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar 2%.

Hal ini mencerminkan prospek ekonomi Indonesia masih sangat baik. "Jadi kalau ada yang bilang macam-macam jangan percaya. Kita sekarang sudah dapat investment grade dari tiga lembaga rating, ini adalah hal yang bagus," ujarnya.


Acara conference on Indonesian Foreign Policy 2018 adalah forum diskusi hubungan internasional terbesar di Indonesia. Pesertanya mayoritas anak-anak muda.

Tema yang diangkat oleh CIFP adalah "A Dangerous Drift : Ideas To Fix A Broken World" yang mencerminkan situasi dunia yang semakin tidak menentu, namun juga menekankan perlunya pemikiran baru yang solutif untuk menjawab tantangan yang ada. (kil/hns)

Hide Ads