Trump Mau Ajak China Gencatan Senjata?

Trump Mau Ajak China Gencatan Senjata?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 02 Nov 2018 18:32 WIB
Foto: Reuters
Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku telah bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping. Memang, kedua negara ini tengah dilanda ketegangan perdagangan yang turut berdampak ke negara-negara berkembang di dunia.

Dalam cuitan di akun Twitternya, Trump menyebut jika keduanya berbicara dengan baik dan fokus pembicaraan mengenai perang dagang. Perbincangan ini sejalan dengan rencana pertemuan pada konferensi tingkat tinggi (KTT) G-20 di Argentina akhir bulan ini.

Mengutip CNBC, Jumat (2/11/2018) belum jelas sejauh mana kesepakatan yang telah dicapai kedua kepala negara ini. Dua negara terakhir melakukan pembicaraan saat White House mendorong China untuk mengakhiri kasus dugaan pencurian kekayaan intelektual oleh sebuah perusahaan di China serta mengurangi defisit AS dengan China.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Saat ini belum terlihat langkah yang akan diambil China. Kesediaan Xi Jinping bertemu karena permintaan Trump pribadi. Xi Jinping menyebut China dan AS akan berupaya untuk mendapatkan solusi terkait masalah ekonomi sampai perdagangan.

Usai Trump mengunggah cuitannya ini, pasar saham langsung merespons positif. Investor khawatir dengan ancaman Trump sebelumnya yang akan mengenakan tarif tambahan sebesar US$ 267 miliar kepada barang-barang asal China dan masalah yang bisa timbul kepada perusahaan dan penduduk AS. Sebelumnya China bahkan telah dikenakan tarif sebesar US$ 250 miliar.

Tweet tersebut ditulis lima hari sebelum dilaksanakannya pemilihan tengah semester yang akan dihelat Selasa depan. Banyak kandidat dari seluruh AS mendorong Trump untuk meredakan ketegangan antara kedua negara.


Sementara, hari sebelumnya penasehat ekonomi Trump, Larry Kudlow mengharapkan perkembangan ini bisa didapatkan saat KTT G-20 nanti. Dia mengatakan bahwa mungkin beberapa hal positif bisa saja didapatkan dalam pertemuan tersebut.

"Belum ada rencana untuk penetapan tarif baru," kata Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS belum lama ini. (kil/ara)

Hide Ads